Samsung Membangun Gunung Es Tizen Untuk Membendung Google Titanic
“Selain ingin lepas dari bayang-bayang Android, Tizen juga merupakan titik awal Samsung untuk menghadapi perluasan rencana Google di era Internet of Things”
– catatan editor –
Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Vlad Savov
Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma
Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor
Hanya beberapa minggu di tahun 2015, Samsung telah membuat kemajuan yang cukup besar pada sistem operasi Tizen jauh dibandingkan dengan hasil beberapa tahun sebelumnya. Beberapa bentuknya dapat dilihat seperti penggunaan Tizen pada TV SUHD, salah satu lini produk premium baru Samsung, sebuah smartphone yang menggunakan Tizen sepenuhnya (walaupun hanya kelas low-end), dan janji perusahaan Korea ini dimana sampai akhir tahun ini akan memberikan “sebuah banjir perangkat” yang berjalan dengan sistem operasi ini.
Sebuah artikel pada situs Samsung Tomorrow dengan tegas menyatakan bahwa Tizen akan menjadi inti kekuatan dalam jam tangan pintar, kamera, TV, dan smartphone New Z1 yang kita lihat sejauh ini baru seperti “ujung dari gunung es”. Tizen akan menjadi bagian krusial masa depan Samsung dalam strategi Internet of Things, yang akan membantu menghubungkan dan mencerdaskan perangkat dan peralatan di sekitar rumah maupun di luar. Dalam pernyataan yang dibuat untuk menunjukan kelebihan Tizen, Samsung mengatakan bahwa “ Tizen menggunakan daya dan memori yang lebih sedikit, sehingga memastikan perangkat berjalan lebih cepat dengan mengkonsumsi sedikit energi.” Dapat dipercaya bahwa hasil benchmark Tizen sedang dibandingkan dengan platform Google Android. Android sebagaimana yang diketahui juga sedang memperluas cakupan diluar lini smartphone yaitu dengan merancang versi seperti Android Wear dan Android TV yang melayani munculnya kebutuhan konektifitas dari kategori perangkat yang lebih spesifik.

Keputus-asaan dari keinginan Samsung untuk memberikan perbedaan dari ketergantungan terhadap Google – dimana di sisi lain Sony memilih untuk bekerja sama dibandingkan melawan – memilih tetap bertahan dalam pengembangan proyek Tizen meskipun hanya berupa sedikit bantuan atau dukungan dari luar. Ketika telah pasti bahwa masa depan perangkat Samsung harus menjadi semakin pintar dan terkoneksi, perusahaan Korea ini semakin bersemangat untuk memastikan bahwa mereka harus mencapai tujuan ini, setidaknya sebagian, melalui penggunaan perangkat lunak milik mereka sendiri. Untuk meyakinkan para developer agar berpindah tempat dan membantu membangun ekosistem Tizen, Samsung mengungkap bahwa perangkat ini telah terjual 665 juta buah pada tahun lalu, yang jika diterjemahkan artinya telah ada banyak sekali Tizen.
Samsung berpendapat usaha dan investasi baru dalam penggunaan Tizen sebagai platform resmi milik sendiri, datang dari adanya biaya penggunaan sistem operasi lain. Samsung mengatakan bahwa Tizen menempatkan “perhatian utama pada keterbukaan” dan tetap terbuka pada perangkat lunak lain. Tizen masih jauh dari dikatakan mampu untuk menantang ponsel Android (Dan masih diragukan jika mampu mencapainya), namun demikian, caranya diposisikan dan dipromosikan oleh Samsung di bagian lain menempatkannya dalam konfrontasi langsung dengan rencana perluasan Google. Tidak peduli sebagaimana pun bentuk nada konsiliasi damai dari Samsung, pengumuman dari perluasan penggunaan sistem operasi Tizen adalah sinyal nyata dari keinginan untuk menantang dan berkompetisi dengan Google dalam gelombang baru dimana semua perangkat akan terkoneksi dengan internet.