Pemikiran Tentang Virtual Reality
“Dahulu teknologi virtual reality sempat menggema namun meredup tertelan oleh waktu. Saat ini dengan berbagai kemajuan baru, teknologi ini kembali dengan bentuk dan penerapan yang berbeda”
– catatan editor –
Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Jan Dawson
Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma
Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor
Ada beberapa topik di sekitar pengguna teknologi yang abadi, datang dan pergi dalam kesadaran publik dan secara periodik diciptakan kembali. Salah satunya adalah teknologi Virtual Reality atau VR. Walaupun saya masih mengingat film seperti Lawnmower Man dan janji besar teknologi ini 20 tahun yang lalu, saat ini secara pasti virtual reality tampaknya akan menjadi puncak sesuatu hal yang besar.
Layaknya seperti seorang anggota dari klub “abadi selamanya”, alasan nyata kehadirannya kembali disaat ini – dimana pada tingkat yang lebih tinggi – kemajuan teknologi utamanya akhirnya berada di titik dimana dapat dengan tepat mengenai celah dari fungsionalitas dan keterjangkauan. Perusahaan seperti Oculus VR telah muncul untuk fokus menciptakan teknologi ini dan mereka mulai mengambil keuntungan dari berbagai kemajuan yang telah terjadi pada beberapa tahun terakhir – sejak kegagalan gelombang teknologi VR terakhir.
Salah satu perbedaan di saat ini adalah adanya smartphone sebagai penyedia, khususnya sebagai penyedia yang lebih personal, dan yang memberikan kesan portabel dalam VR. Perilisan bulan lalu dari Samsung Gear VR di toko-toko retail adalah sebuah lompatan besar. Hanya dengan 200 Dolar Amerika, pengguna umum dapat membeli perangkat yang sangat nyata, suatu bentuk fungsionalitas canggih dari virtual reality dalam cara yang tidak pernah ada sebelumnya. Ada beberapa protes, tentu saja – perangkat tersebut hanya dapat bekerja dengan versi Note smartphone dari Samsung. Namun jika hanya sebagai bukti dari konsep, ini adalah satu bentuk yang dipaksakan. Saya mendapat kesempatan menggunakan versi awal teknologi ini beberapa bulan lalu di suatu pameran dagang. Walaupun tanpa menggunakan headphone dan berada di tengah kebisingan dan suasana kesibukan di lantai pameran dagang, saya merasakan kesan teknologi yang benar-benar mendalam.

Aplikasi dan game sangatlah terbatas walaupun beberapa proses pengembangannya sedang berjalan. Saya tidak memiliki keraguan bahwa hal ini akan terus berlanjut menjadi topik pembicaraan untuk sementara waktu, sampai perangkat ini benar-benar tersedia untuk ponsel kebanyakan yang ada saat ini dan dapat dijadikan alasan investasi dari para developer. Namun sangat mudah membayangkan perangkat Gear VR yang dibangun sejajar dengan perangkat utama Samsung akan segera datang, dan perangkat yang mirip dari perusahaan lain tidak akan jauh tertinggal.
Salah satu perbedaan terbesar dari siklus virtual reality yang telah ada sebelumnya adalah saat ini terlihat menjadi semakin menarik dengan penggunaan plaform yang diciptakan ulang dari pengalaman saat menonton film. Hal ini tentu sesuatu yang bagus. Seperti apa yang ditampilkan TV 3D, yang berupaya menggali inovasi lebih dalam daripada hanya meningkatkan acara TV/film yang cenderung gagal sama sekali. Menambah pengeluaran untuk mem-film-kan konten ke dalam cara multi demensi, sederhananya tidak membuatnya terbayarkan dengan lunas dan para konsumen tidak terlalu tertarik untuk berinvestasi pada perangkat tersebut, yang seringkali memerlukan tambahan pembelian perlengkapan per-pengguna seperti kacamata. Walaupun hanya membutuhkan satu buah TV saja.
Ini adalah suatu area dimana saya berpikir generasi baru teknologi virtual reality melangkah ke sesuatu yang besar yang sedang terjadi dalam dunia konsumsi hiburan. Menikmati konten secara sendiri-sendiri semakin mengalami peningkatan, dibandingkan secara sosial atau bersama-sama. Kegiatan menonton TV saat ini semakin banyak dilakukan secara individual melalui perangkat tablet atau smartphone, dibandingkan mengumpulkan konten hiburan yang diinginkan ke dalam layar TV besar. Kenyataan yang sama juga terjadi saat bermain game. Perangkat mobile benar-benar mengubah kebiasaan sosial di lingkungan kita kedalam bentuk nyata hiburan dan saya percaya kecenderungan ini hanya akan berlanjut jika pengalaman ber-mobile menjadi semakin maju. Sesuatu hal yang dimulai dari layar besar namun akan berlanjut dengan teknologi virtual reality. Hal yang tersisa yang dapat dilihat adalah apakah orang-orang akan mau menggunakan VR di dalam bus atau subway (mungkin merangsang satu atau dua bentuk efek samping pada waktu bersamaan). Tapi saya dapat membayangkan VR digunakan oleh para gamer dimana mereka menggunakannya untuk bermain game mobile standard.
Semua dari hal ini menyentuh ke sesuatu hal yang telah saya tulis beberapa bulan lalu, dalam hubungannya ke bentuk input, output dan teknologi komputasi masa depan. Virtual reality adalah salah satu topik yang sering saya tulis dimana bagian-bagiannya berkembang luas menuju ke cara baru dalam penyediaaan input, penerimaan output dan pemprosesan semuanya ke dalam berbagai perangkat yang kita gunakan. Seperti sebuah kontroler game yang merupakan bentuk baru input perangkat mobile, begitu juga dengan virtual reality yang akan menjadi bentuk baru baik sebagai input maupun output. Facebook dengan jelas telah membuat investasi besar pada teknologi ini dengan mengakusisi Oculus VR dan Samsung tampaknya telah memutuskan untuk memulai langkah lebih awal juga, walau melalui bentuk kerja sama. Sony adalah perusahaan besar lain yang secara langsung berinvestasi pada hal ini, ketika strategi Microsoft, begitu jauh, terlihat kurang jelas. Belum tampak jelas apakah Apple berencana untuk ikut berpartisipasi atau tidak. Saya begitu penasaran tentang bagaimana para penggerak teknologi ini akan memutuskan berpartisipasi dalam trend ini. Kali ini (selalu berbahaya untuk dikatakan) saya berpikir ini akan menjadi sesuatu hal yang besar.