Apakah Android itu Linux
“Meskipun sistem operasinya dikembangkan dari Linux, namun Android bukanlah Linux sepenuhnya. Anda tidak bisa menjalankan aplikasi Android di Linux, dan anda juga tidak bisa menjalankan aplikasi Linux di Android. Google merancangnya sedemikian rupa sehingga tampak seperti sistem operasi mobile yang unik dan independen”
– catatan editor –
Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Chris Hoffman
Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma
Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor
Android mungkin berbasiskan pada Linux, namun tidak memiliki basis sistem Linux yang biasa dipergunakan dalam komputer biasa (Personal Komputer). Anda tidak bisa menjalankan aplikasi Android pada berbagai jenis distribusi Linux dan anda tidak bisa menjalankan aplikasi Linux yang anda sukai di Android.
Linux memang merupakan bagian inti dari Android, namun Google tidak menambahkan semua program-program dan komponen library khasnya yang bisa anda temukan pada sebuah distribusi Linux seperti Ubuntu. Itulah yang membuatnya berbeda.
“Linux” vs Kernel Linux
Perbedaan besarnya bisa kita dapatkan dari pengertian apa yang dimaksud dengan Linux. Orang-orang menggunakan istilah “Linux” untuk mengartikan banyak hal-hal yang berbeda. Pada dasarnya, Linux berarti kernel Linux. Sebuah kernel adalah bagian inti dari setiap sistem operasi.
Umumnya kita juga melihat pendistribusian sistem operasi Linux sebagai “Linux” saja. Namun demikian, distribusi dari Linux bukan hanya kernel Linux. Mereka sebenarnya terdiri dari banyak bagian software, seperti GNU shell ulitility, Xorg graphical server, GNOME desktop, Firefox web browser, dan lain sebagainya. Itulah mengapa beberapa orang berpikir istilah seperti GNU/Linux seharusnya digunakan untuk “pendistribusian Linux” seperti Ubuntu, Mint, Debian, Fedora, Arch, openSUSE dan yang lainnya.

Android menggunakan kernel dibalik selubungnya. Karena Linux bersifat open-source, para developer Android bisa memodifikasi kernel Linux sesuai kebutuhan mereka. Linux memberikan para developer Android sebuah pre-bulit, yaitu suatu kernel sistem operasi yang sudah diatur sebelumnya agar bisa dijalankan, sehingga mereka tidak perlu lagi membuat sistem kernelnya sendiri. Ini adalah cara dari berbagai macam perangkat berbeda dibuat – sebagai contoh, PlayStation 4 menggunakan kernel open-source FreeBDS (salah satu distribusi Linux), dimana di lain pihak Xbox One menggunakan kernel Windows NT yang bisa kita temukan pada versi Windows modern.
Anda bahkan dapat melihat versi kernel Linux yang berjalan pada perangkat anda, pada menu “About phone” di pilihan “Pengaturan.”
Perbedaan Android Dan Linux
Terdapat beberapa perdebatan tentang topik apakah Android bisa dikualifikasikan sebagai “pendistribusian Linux.” Di dalamnya terdapat kernel Linux dan software-software lainnya, namun tidak sebanyak seperti yang ada di dalam distribusi Linux normalnya.
Ketika anda menghidupkan perangkat Android, kernel Linux akan menjalankan proses seperti yang ada pada distribusi Linux. Namun demikian, banyak software lainnya yang berbeda. Android tidak memasukkan GNU C Library (glibc) yang digunakan sebagai standar distribusi Linux, tidak juga memasukkan semua GNU Library yang bisa anda temukan dalam ke-khasan distribusi Linux. Dan juga tidak memasukkan X server seperti Xorg, jadi anda tidak bisa menjalankan aplikasi grafis standar Linux.
Dibanding menjalankan aplikasi Linux yang khas, Android pada dasarnya menggunakan Dalvik virtual machine untuk menjalankan aplikasi yang ditulis dengan kode Java. Aplikasi ini ditargetkan untuk perangkat Android dan provider APIs Android dibandingkan mentargetkan Linux secara umum.
Mengapa Anda Tidak Bisa Menjalankan Program Linux di Android
Karena Android tidak memasukkan server X grafis atau semua standar GNU library lainnya, anda secara sederhananya tidak bisa menjalankan aplikasi-aplikasi Linux di Android. Anda perlu menjalankan aplikasi yang ditulis khusus untuk Android.
Android memang memiliki cangkang seperti yang bisa anda temukan pada Linux. Tidak ada cara mengaksesnya keluar dari dalam kotak, namum anda bisa menginstal sebuah aplikasi seperti Android Terminal Emulator untuk memperoleh akses ke lingkungan terminal ini.
Secara default, tidak banyak yang dapat anda lakukan disini. Terminal akan tetap berjalan dalam lingkungan yang terbatas, sehingga anda tidak bisa mendapatkan fungsi selubung root penuh tanpa melakukan “rooting” pada perangkat Android anda. Banyak perintah-perintah standar yang anda perlukan tidak akan tersedia – itulah mengapa orang-orang yang me-rooting perangkat Android mereka umumnya akan meng-instal apliakasi BusyBox, yang menyediakan dukungan untuk command-line. Perlengkapan ini diperlukan oleh aplikasi untuk melakukan beberapa hal dengan akses root yang dimilikinya.
Mengapa Anda Tidak Bisa Menjalankan Program Android di Linux
Linux tidak memiliki atau tidak memasukkan komponen Dalvik virtual machine, sehingga dia tidak bisa menjalankan aplikasi Android. Dalvik virtual machine dan semua program Android lainnya tidaklah mudah untuk ditempatkan begitu saja dalam sebuah mesin desktop Linux – anda perlu melakukan usaha lebih untuk membuat aplikasi Android tampil dalam tampilan window pada sebuah desktop standar melalui Xorg, sebagai contohnya. Secara teoritis, dengan usaha yang mumpuni, para developer bisa membuat Dalvik berjalan di desktop Linux sehingga pengguna dekstop Linux bisa menjalankan aplikasi Android di desktop mereka. Suatu produk dengan istilah “menyewa tempat” dalam sistem operasi Ubuntu untuk Android telah mengusahakan hal ini, mengintegrasikan Ubuntu dan Android dalam sebuah ponsel dan mengijinkan aplikasi Android berjalan pada desktop Ubuntu mereka.
BlueStack dan aplikasi emulator Android lainnya telah berusaha menghadirkannya juga di sistem operasi Windows dan Mac. Mereka menjalankan Android dalam hardware virtual dengan mesin virtual, membuat mereka bisa menjalankan aplikasi Android – dengan dampak penuruan kinerja – pada desktop mereka. Walaupun demikian, solusi ini tampaknya belum cukup populer untuk digunakan.
Sistem operasi Google Chrome juga berbasiskan pada Linux. Sama seperti Android, sistem operasi Chrome tidak menyediakan sistem window X standar, sehingga aplikasi standar Linux lainya tidak bisa dijalankan pada sistem operasi Chrome. Tidak seperti Android, Chrome OS lebih dekat pada distribusi standar desktop Linux, sehingga anda bisa menggunakan mode developer untuk menginstal software-software desktop Linux yang tidak ada di dalamnya.