Satu Langkah Maju Teknologi dalam Film The Good Dinosaur

“Menonton film ini seperti menonton film nyata, dimana realitas lingkungan alam yang ditampilkan begitu memukau mata. Mungkin kita bisa berharap di film-film selanjutnya, bahwa inilah standar baru gaya animasi dari Pixar, tentu dengan jalan cerita yang selalu bisa menggugah emosi penontonnya”

– catatan editor –

Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Stephen Lambrechts

Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma

Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor


Begitu dihargai dan memiliki imajinasinya yang luar biasa, film-film dari studio animasi Pixar telah dikenal akan kemampuannya dalam menggugah emosi dari para penonton dan juga para kritikus, dimana dibalik pembuatan filmnya, teknologi animasi didorong untuk digunakan dengar cara baru yang lebih berani.

Jika dilihat dari rekam jejak perusahaan yang selalu mengatakan menempatkan karakter diatas teknologi disaat mengembangkan suatu cerita, tidak dapat disangkal bahwa teknologi berperan penting dalam film terbaru mereka, The Good Dinosaur, yang mana telah memberi film tersebut sebuah pendekatan penggambaran sosok dinosaurus yang leluasa, tidak seperti film-film yang dibuat sebelumnya.

Meskipun studio ini tidak merilis satupun film di tahun 2014 lalu (membuatnya sebagai tahun pertama sejak 2005 perusahaan ini tidak mengeluarkan produk baru dalam jajaran film-film Pixar), sisa waktu tambahan yang diperoleh membuatnya bisa mengembalikan kembali daya magisnya dengan sebuah penebusan di tahun 2015, yaitu dengan merilis masterpiece yang luar biasa sukses, Inside Out, dan juga mempersiapkan film yang akan dirilis selanjutnya, yaitu The Good Dinosaur, pada akhir tahun kemarin.

Teknologi dalam film the good dinosaur
The Good Dinosaur

Ini membuat 2015 sebagai tahun pertama kalinya Pixar merilis dua film utama, dan studio ini tidak memperlambat lajunya sampai disitu – di 2016 kita akan segera bisa menyaksikan film Finding Dory, sekuel film dari Finding Nemo, lalu diikuti oleh Toy Story 4 dan sebuah brand baru berjudul Coco, yang akan dikeluarkan di tahun 2017.

Techradar diberikan kesempatan menghadiri sebuah presentasi yang menyoroti tentang peran teknologi dalam film The Good Dinosaur yang dipimpin oleh Jim Morris, Presiden dari Studio Animasi Pixar. Sebagai suguhan tambahan, Morris juga membocorkan sedikit informasi tentang slot-slot film yang akan dikeluarkan studio ini nantinya.

Jalan perilisan film The Good Dinosaur tidaklah semulus yang dibayangkan. Pada awalnya ditetapkan untuk dirilis di tahun 2014, namun kepala penanggung jawab Pixar memutuskan untuk menahan filmnya selama 18 bulan dan kembali menyusun ulang penggambarannya.

Meskipun direktur film sebenarnya yaitu Bob Peterson (Up) datang dengan ide cerita The Good Dinosaur, dia pada akhirnya digantikan oleh seorang direktur yang pertama kali menangani film utama dan sebelumnya merupakan anggota dari tim Pixar Peter Sohn (direktur dari film pendek Pixar, Partly Cloudy)

Disaat kita tidak mungkin mengetahui seperti apa film The Good Dinosaur pada bentuk awalnya, versi cerita yang pada akhirnya kita dapatkan terlihat seperti jalan cerita yang akrab kita temui, dengan sebuah twist yang populer tentang “anak laki-laki dan anjingnya” dimana seekor Apatosaurus yang bisa berbicara bernama Arlo sebagai anak laki-lakinya, dan seorang anak laki-laki yang mendengus liar bernama Spot yang berperan sebagai anjingnya.

Pixar memperlihatkan beberapa potongan klip selama penayangan, dimana semuanya menampilkan pengerjaan efek lingkungan alam yang luar biasa – Morris membuka presentasinya dengan sebuah klip gambar cabang pohon dengan air hujan yang mengalir di atas daun yang mana tampak seperti pergerakan dalam dunia nyata. Tidak perlu dikatakan lagi, bahwa komputer telah bisa membawa lebih banyak perubahan efek daun dari sejak film A Bug’s Life.

Klip film berikutnya adalah ketika Arlo terpisah dari keluarganya dan terjatuh dalam sungai yang mengamuk – efek air yang ditampilkan luar biasa realistis, dengan Arlo yang terseret terguling-guling dalam aliran air yang deras dan terseret dibawah permukaan, berusaha mati-matian agar kepalanya tetap diatas air.

Seting film ini tidak seperti film-film Pixar yang pernah dilihat sebelumnya, dengan suatu fokus pada area terbuka yang luas dan begitu akurat. Morris menjelaskan bahwa lingkungan alam dari film dibuat dengan menggunakan teknologi pemetaan permukaan (terrain mapping) untuk menangkap bentuk geometri dari beberapa daerah yang bisa ditemukan di gurun-gurun di Amerika. Semakin jauh, dan lebih jauh lagi kamera ditarik kebelakang, tokoh utama kita menjadi semakin kecil seperti guratan kecil dalam kanvas yang sangat besar.

Pixar juga memperbarui teknologi yang digunakan untuk menciptakan awan dalam film dengan menyingkirkan elemen “langit yang tumpul dan datar” yang sebelumnya digunakan dalam film animasi dan menggantinya dengan awal digital nyata yang dibuat dengan jutaan partikel – jumlah “partikel yang bisa berpikir ini” secara khusus berguna dalam adegan dimana Arlo melambungkan Spot menembus awan ketika berlari menaiki gunung.

Namun dengan semua keterampilan penggambaran komputer yang luar biasa dalam penampilannya, cara karakter-karakternya bisa beresonansi dengan emosi atau perasaan kita adalah apa yang benar-benar bisa membuat film ini dan semua tanda-tandanya mengarah ke film yang menyayat hati. Dalam satu adegan, dimana Arlo dan Spot menggunakan batang kayu untuk saling berkomunikasi tentang apa yang terjadi pada keluarganya, bisa membuat anda meneteskan air mata, dan itu baru bagian kecil dari konteks adegan yang ada. Mungkin anda perlu mempersiapkan sapu tangan untuk adegan ini.

Namun tetap, sebuah adegan yang menghadirkan sebuah keluarga T-Rex (Diisi oleh suara Sam Elliot, Anna Paquin dan A.J. Buckley) menghadirkan adegan tertawa yang menghibur, jadi tidak semuanya menceritakan hal yang sedih – anda bisa mengetahui lebih banyak ceritanya setelah menonton filmnya langsung.

Ketika kita tidak mendapatkan lagi petunjuk tentang efek teknologi yang digunakan dalam roadmap film-film Pixar berikutnya, kita diberikan bayangan akan apa yang bisa kita harapkan dari film-film mereka selanjutnya dan yang akan keluar tahun ini sampai tahun 2018. Berikut sekilas film yang masih dalam proses pengerjaan dan akan dirilis oleh Pixar:

Finding Dory

Slot film selanjutnya dari Pixar adalah Finding Dory, sekuel dari film yang sukses luar biasa sebelumnya, yaitu Finding Nemo. Walaupun judul filmnya memberi arah kesan yang berbeda, karakter utama film tetap berada pada Marlin (Disuarakan oleh Albert Brooks) dan Nemo (disuarakan oleh Hayden Rolence) yang nantinya menolong Dory, (disuarakan oleh Ellen DeGeneres) teman baik mereka di film sebelumnya. Dasar dari film ini adalah bentuk kekompakan antara ayah dan anak untuk membantu si ikan yang terkenal dengan kepikunannya untuk menemukan tempat asli dimana dia berasal.

Film Finding Dory dipaketkan dengan pengenalan beberapa karakter baru, seperti orang tua Dory (disuarakan oleh Diane Keaton dan Eugene Levy), seekor gurita yang kehilangan satu tentakelnya bernama Hank (disuarakan oleh Ed O’Neill), seekor ikan beluga bernama Bailey (disuarakan oleh Ty Burrell), Destiny (disuarakan oleh Kaitlin Olson) yang merupakan saudara angkat Dory yang percaya bahwa dia adalah seekor ikan paus, namun sebenarnya adalah seekor hiu paus, dan terdapat beberapa kejutan kecil, termasuk reuni dari anggota casting film The Wire yaitu Idris Elba dan Dominic West.

Morris mengungkapkan bahwa sebagian besar lokasi film bertempat di sebuah fasilitas di Monterey, di pesisir pantai Central California Pacific. Salah satu adegan yang sangat lucu adalah ketika Hank mencoba menawar siripnya, sebuah tindakan yang hampir mustahil bagi Dory sendiri untuk melupakan apa yang sedang mereka negosiasikan saat itu.

Toy Story 4

Walaupun Morris dan anggota kru Pixar lainnya telah mendapatkan trilogi yang fantastik di tiga film Toy Story sebelumnya, mereka berjanji dalam diri mereka bahwa mereka tidak akan kembali ke franchise tersebut setidaknya sampai mereka memiliki sebuah cerita yang luar biasa yang layak untuk ditayangkan. Dan kemudian, mereka memiliki sesuatu perasaan bahwa mereka telah menemukannya untuk film keempat.

Toy Story 4 pada dasarnya adalah tentang cerita cinta, yang berkutat pada Woody (Tom Hanks) dan hubungannya dengan Bo Peep, yang bisa kita lihat flashback pada film Toy Story 3.

Dengan bantuan teman kepercayannya, Buzz Lightyear (Tim Allen), Woody berangkat untuk menemukan cintanya yang hilang, dimana hilang dijual sejak lama – bayangkan berbagai petualangan tidak terduga dan munculnya karakter-karakter baru seiring berjalannya cerita.

Dalam upaya untuk menjaga agar ceritanya tetap segar, sebuah jalan penulisan cerita baru dihadirkan oleh Rashida Jones dan Will McCormack, dimana John Lasseter kembali sebagai kepala direksinya.

Coco

Dan akhirnya, Jim Morris menyudahi presentasinya dengan memberikan sedikit contekan untuk Coco, film Pixar yang bertemakan ‘Day of the Dead’ yang ada di Mexico. Pada perayaan ini, orang-orang Mexico bisa menghormati orang-orang yang mereka sayangi dengan membangun tempat keramat dan mempersembahkan makanan yang dulu disukai oleh mendiang mereka. Adalah hal yang umum untuk orang-orang berpakaian seperti tengkorak, sehingga para orang yang telah meninggal akan kebingungan antara dunia kita dengan dunia bawah dan akan tetap tinggal di dunia kita.

Coco menceritakan tentang seorang anak laki-laki Mexico bernama Miguel yang berangkat berpetualang ke dunia bawah, yang bisa jadi atau tidak sama sekali menuntunnya bertemu dengan mendiang-mendiang keluarga.

Meskipun presiden dari Pixar tidak memiliki bentuk film yang bisa ditunjukkan, dia memperlihatkan kepada kami sebuah diorama video pengujian, yang dibuat untuk menangkap sensasinya dan bertindak sebagai panduan visual kepada para artis dan animatornya.

Rekaman yang ditampilkan begitu sensasional, dimulai dari suatu kuburan sebelum menuju ke dunia bawah untuk menampilkan kegembiraan tarian festival tengkorak (dihiasi dengan gaya tradisional Dia de Muertos), nyanyian dan permainan alat musk Mariachi di jalan-jalan di Mexico.

Video diorama ini luar biasa menggetarkan dan enerjik, sehingga kami memperkirakan film ini akan menjadi jamuan pesta – bahkan jika film ini harus berhadapan dengan film animasi Guilermo de Toro tahun 2014 yang memiliki tema yang sama, yaitu The Book of Life.

 

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.