Pengalaman Menggunakan PlayStation VR
“Dunia game akan memasuki sebuah era baru, yaitu era Virtual Reality. Dan salah satu raksasa dalam industri game yaitu Sony, mulai memperkenalkan PlayStation VR kepada publik. Sebuah perangkat canggih yang begitu mengesankan dimana menghadirkan sistem permainan virtual dan menjanjikan pengalaman 3D yang terasa nyata bagi para penggunanya”
– catatan editor –
Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Nick Pino
Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma
Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor
Sebelumnya saya sempat khawatir jika pengalaman untuk merasakan Virtual Reality hanya akan lebih baik ketika menggunakan perlengkapan komputer desktop bersama dengan perangkat Oculus Rift atau HTC Vive. Namun setelah seminggu mencoba paket bundel eksklusif PS4 dari Sony, kekhawatiran saya mulai hilang. Playstation VR merupakan perangkat yang luar biasa dan memiliki harga yang terjangkau jika dibandingkan dengan produk lain yang juga memperkenalkan kita kepada dunia VR yang berkualitas.
Namun terdapat kekurangan yang mencolok, yaitu anda harus membeli perangkat kamera dan PlayStation move controller agar bisa merasakan pengalaman VR sepenuhnya. Meskipun demikian PlayStation VR bukan hanya konsol yang layak untuk dimiliki, namun benar-benar membuat setiap orang bisa menikmatinya.
Selama satu minggu saya mencoba beberapa tumpukan game yang sudah disediakan dalam format Virtual Reality, dari Batman: Arkham VR sampai Job Simulator yang lucu dan membuat tertawa terbahak-bahak, Wayward Sky yang menguras air mata dan bahkan sampai game horor Until Dawn: Rush of Blood.
Beberapa diantara game-game ini ada yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan yang lainnya, tentu saja karena ada perbedaan genre game. Namun semua game-game ini menyimpulkan satu hal yang sama yaitu: PlayStation VR tidaklah mengecewakan.
Sebelum kita berbicara tentang beberapa hal-hal positif dari PlayStation VR, mari kita kenali terlebih dahulu informasi dasarnya.
Perangkat dari Sony ini dijual dalam dua paket berbeda. Pertama adalah paket dasar PlayStation VR dimana terdapat PS VR system, headphone dan kabel-kabel yang dibutuhkan dengan harga $399. Kedua adalah paket peluncuran dimana terdapat PS VR System, PlayStation Camera, dua buah Move Motion Controller dan sebuah kepingan PlayStation VR World dengan harga $499. Paket lain yang menarik adalah kepingan contoh game (demo game) PlayStation VR yang disertakan dalam kedua paket tersebut yang berisi puluhan judul yang bisa di coba langsung.
Disamping perangkat PlayStation VR serta PlayStation Camera, anda membutuhkan konsol PS4 (baik yang versi tipis yang baru dirilis ataupun versi asli tiga tahun lalu), sebuah controller DualShock 4 dan ruang selebar 6 kaki dengan cahaya yang tidak terlalu terang. Penyetelan unit bisa dirampungkan dalam beberapa menit dan panduan yang disediakan juga sudah cukup jelas untuk diikuti dan dijalankan.
Bagaimana PlayStation VR Bekerja?
Seperti gear perlengkapan kepala (headset) Virtual Reality lain yang ada di pasaran, PlayStation VR menjalankan proses yang berat agar bisa membawa anda sepenuhnya ke dalam dunia virtual melalui proses pembuatan dua gambar secara simultan lalu mengirimnya ke perangkat headset yang jauhnya beberapa kaki. Namun tidak seperti persaingan untuk menentukan mana kartu grafis mahal yang bisa melakukannya, PS VR bisa menjalankannya hanya dengan GPU yang sudah tertanam (built in) di dalam PlayStation 4.
Skemanya berjalan dengan menggunakan PlayStation Camera yang melacak sembilan titik berbeda dari cahaya yang ada pada headset dan cahaya yang ada di Move Controller atau DualShock 4, tergantung juga pada game apa yang sedang anda mainkan.
Cukup mengejutkan melihat betapa akuratnya sistem yang berjalan mengingat hanya ada satu kamera saja yang berfungsi melacak gerakan yang sedang terjadi. Namun memang bukanlah hal mudah untuk bisa membentangkan imajinasi visual. Kita akan membahas detailnya beberapa saat lagi, namun bersiap-siaplah merasakan kejadian dimana kamera seringkali tidak bisa melacak lokasi kontroler.
Namun yang cukup mengecewakan adalah Sony hanya menggunakan satu kamera saja, bukannya dua buah. Akan menjadi sesuatu yang sulit bagi PlayStation VR mengikuti gerakan yang terjadi jika anda tiba-tiba bangun dan berjalan, seperti yang terjadi pada perangkat HTC Vive. Mungkin bisa dibayangkan seperti itu, namun pada kenyataannya sistem VR Sony masih menunjang ketika anda berdiri dan berjalan sejenak, dengan catatan tidak berjalan terlalu jauh. Jika anda melakukannya, akan ada pemberitahuan yang mengatakan bahwa anda berkeliaran terlalu jauh dari jangkauan sistem.
Pada akhirnya sebagian besar game PlayStation VR merekomendasikan pemainnya memilih antara dua posisi, apakah itu duduk atau berdiri tegak. Jika anda merasa mual ketika menggunakannya, posisi duduk adalah pilihan yang lebih nyaman. Namun ada beberapa game yang lebih merekomendasikan memainkannya sambil berdiri dengan kaki anda sendiri untuk merasakan pengalaman yang lebih baik.
Berdasarkan posisi dan bagaimana sudut pandang kamera, berganti antara dua kondisi mungkin bukanlah hal yang gampang. Maka temukan sudut terbaik dimana bisa mencakup sebagian besar area dalam ruangan sehingga ketika diperlukan perubahan posisi anda tidak perlu harus bangun kemudian memindahkan kamera dan mengkalibrasinya kembali.
Sementara itu mari kita kembali sejenak. Sampai saat tadi saya terus menyinggung istilah VR atau Virtual Reality. Namun belum ada penjelasan yang cukup yang saya berikan tentang hal ini.
Teknologi VR telah ada jauh di dekade sebelumnya. Namun versi yang ada saat ini atau versi modernnya, VR telah bisa membawa seseorang ke dunia yang sepenuhnya berbeda. Secara harfiah, pengertian Virtual Reality kurang lebih adalah sebuah dunia virtual yang memberikan anda pengalaman merasakan berada di tempat berbeda pada waktu yang berbeda, seperti sebuah dunia yang semuanya terasa asing, namun tanpa membuat anda keluar dari rumah anda.
Dan memang benar, terdengar keren seperti yang anda bayangkan.
Jika anda ingin lebih spesifik, PlayStation VR bisa menangani game dengan resolusi grafis 1080 pixel pada layar OLED 920 x RGB x 1080 dengan frekuensi 90Hz (setiap gambar direfresh 90 kali perdetik) atau 120 Hz tergantung pada game yang digunakan dalam VR.
Dan bagi yang mempertimbangkan latency atau kecepatan respon, Sony mengatakan tingkat respon PlayStation VR berada pada kisaran 18ms, yang artinya 0.002 detik lebih cepat dibandingkan dengan ambang latency yang direkomendasikan, bahkan sebelum anda menyadari adanya lag ketika berada di dunia VR.
Angka-angka tersebut memang hebat, namun sebanding juga dengan yang dimiliki oleh HTC Vive dan Oculus Rift. Satu-satunya keunggulan Sony adalah karena mereka sendiri merupakan publisher game kelas dunia yang sudah diakui banyak orang. Sementara dua pesaingnya masih berusaha menjalin koneksi dengan para developer game, Sony telah memilikinya.
Oleh karena itu, Sony menjanjikan 50 judul game baru yang akan tersedia untuk platform mereka sebelum akhir tahun ini, dengan diantaranya akan dibuat di dalam studio Sony dengan orang-orang kompeten di dalamnya. (Game yang pertama yaitu PlayStation VR Worlds sangatlah luar biasa – anda bisa merasakan sensasi menyelam di dalam air dimana seekor hiu mengitari sangkar besi pelindung anda).
Desain PlayStation VR
PlayStation VR bukanlah perangkat headset dengan imajinasi virtual liar, namun salah satu usaha paling mengesankan yang bisa saya nikmati sejauh ini.
Unit HMD (Head Mounted Display) dirancang minimalis dengan perpaduan warna hitam dan putih matte. Iterasi akhirnya diselingi dengan tujuh lampu biru pada bagian depan dimana PlayStation Camera mendetekasi cahaya lampu tersebut untuk mendeteksi lokasi dan gerakan kepala pengguna. Untuk game-game yang meminta anda berbalik badan, Sony memasang dua lampu tambahan pada bagian belakang HMD sehingga total lampu yang bisa dilacak sensor sebanyak sembilan unit.
Bisa dikatakan desainnya cukup elegan dan akurat ketika melacak pergerakan pengguna. Dari sisi desain, PlayStation VR memiliki tampilan yang menarik dan untungnya bisa menghadirkan kenyamanan ketika menggunakannya. Kenyamanan merupakan faktor yang sangat penting, mengingat unit ini akan langsung digunakan di bagian kepala pengguna. Sony menghadirkan bentuk konsep “halo” dengan strap berwarna putih matte melingkari kepala anda dengan nyaman, dan pada bagian belakang terdapat pengaturan kelonggaran yang bisa disesuikan dengan keinginan anda. Di bagian dalam strap diisi dengan karet yang akan menahan kepala anda dengan lembut. Saat unit headset dipakai, anda bisa mengatur bagian visor kedepan atau kebelakang untuk menyesuaikan fokus mata anda dengan layar tampilan.
Rahasia kenyamanan PSVR adalah hampir semua beban yang ada ditahan oleh bagian kubah pegangan PSVR, sehingga membuat tekanan pada hidung dan bagian kepala depan menjadi berkurang. Jika pada unit headset VR lain anda bisa merasa beban berat ketika menggunakannya selama satu jam atau lebih, maka lain halnya jika menggunakan PSVR. Anda akan bisa menggunakannya selama beberapa jam tanpa harus sering mengalami rasa lelah di leher.
Untuk menyegel cahaya yang masuk, Sony memasang sebuah penutup dari karet yang melingkari bagian visor. Meskipun cukup efektif memblok cahaya dari sebelah kiri dan kanan, terdapat celah yang cukup lebar antara bagian hidung dengan headset yang mana membuat cahaya bisa masuk ke dalam layar dan membuat terdistraksinya tampilan ketika anda sedang berada di dunia virtual. Bagi yang menggunakan kacamata minus atau plus, secara teknis unit headset ini sudah mendukung penggunaan kacamata. Namun masalah cahaya yang bisa masuk dari celah hidung dan headset mungkin akan lebih sering ditemukan. Pastikan saja ketika menggunakan perangkat PSVR, di dalam ruangan intensitas cahaya tidak terlalu terang.
Lalu di dalam headset, terdapat layar OLED 5,7 inci dengan resolusi 1920 x RGB x 1080. PlayStation VR menawarkan tampilan pemandangan 100 derajat, dengan refresh rate 120 Hz dan latency kurang dari 18ms, yang mana artinya lebih sedikit memicu rasa mual dibandingkan dengan versi sebelumnya yang memiliki latency lebih tinggi dan refresh rate yang lebih rendah.
Skema kontrol dari PSVR memanfaatkan kombinasi gerakan yang dibuat oleh unit HMD, bersama PlayStation Move controller dan DualShock 4 controller yang mungkin sudah anda pernah anda gunakan sebelumnya. PlayStation Move controller pertama kali digunakan ketika fitur ini diperkenalkan bersama dengan fitur baru di PlayStation 3. Dan ketika PSVR mulai diperkenalkan saat ini, sekaranglah kita bisa melihat tujuan sebenarnya disediakannya fitur ini.
Sepasang tongkat kendali terasa sedikit kurang matang di PS3, atau tampaknya mereka dihadirkan hanya digunakan dalam permainan dengan kendali gerakan. Namun unit ini terasa cocok digunakan bersama PSVR. Beberapa game dengan kontrol yang lebih rumit (seperti game RIGS yang akan kita diskusikan nanti) perlu menggunakan DualShock 4 wireless controller yang berada satu paket bersama PS4.
Jika ada sesuatu yang masih belum jelas sampai saat ini, maka saya akan menyampaikan hal yang mungkin membuat anda berkecil hati yaitu, PSVR bukanlah perangkat headset wireless. Sementara unit Samsung Gear VR dan Google Cardboard bisa mendapatkan sensasi VR hanya dari perangkat mobile, maka PlayStation VR perlu tersambung (dengan kabel) langsung dengan sistem PS4 sepanjang waktu.
Kabel yang menjulur dari headset, unit processing PlayStation VR sampai ke unit PS4, memiliki sebuah control in-line di dekat unit headset yang memperbolehkan anda menghidupkan atau mematikan headset atau memperbesar atau mengecilkan suara volume. Di perangkat ini anda juga bisa menemukan port headphone yang bisa digunakan dari model Sennheisers yang harganya mahal atau unit earbud yang paling murah sekalipun.
Dalam paket headset Sony terdapat sepasang earbud putih kecil, namun sayangnya kurang begitu bagus digunakan untuk menikmati pengalaman dunia virtual. Suara yang dihasilkan kurang jernih, tidak nyaman dan cenderung pecah. Selama satu minggu menggunakan PlayStation VR saya memilih untuk menggunakan earbud Creative Sound Blaster H5 untuk mendapatkan kualitas audio yang lebih baik. Meskipun begitu anda masih bisa menggunakan earbud lain yang anda rasa memiliki kualitas suara cukup baik.
Bagian terakhir dari potongan-potongan perangkat VR adalah unit Processor. Sony dalam beberapa kali kesempatan sudah menjelaskan bahwa unit ini tidak ikut bertugas dalam penambahan kemampuan pemrosesan grafis atau apapun yang muncul dari unit ini.
Berukuran dimensi 5,6 x 1,4 x 5,6 incil (W x H x L), unit ini hanya bertanggung jawab membantu PS4 pada proses audio, pengaturan kabel HDMI, mode Cinema, dan Social TV output. Kita akan sama-sama membahas dua hal terakhir beberapa saat lagi. Saya rasa sekaranglah waktu yang baik untuk menjelaskan tentang fungsi keberadaan kotak hitam ini, mengantisipasi jika ada pengguna yang masih bingung akan fungsi dari kotak kecil ini.
Performa Dan Koleksi Konten
Jika saya diminta untuk memberi ringkasan tentang performa PlayStation VR dalam sebuah kata, saya akan memilih kata “mengejutkan.”
Para kompetitor VR seperti Oculus dan HTC telah menetapkan standar tinggi bagaimana sebuah pengalaman VR harusnya dihadirkan dan dirasakan. Tentu saja, standar tinggi tersebut membuat kebutuhan akan sumber daya perangkat menjadi sangat besar dimana biayanya lebih besar dua atau tiga kali lebih besar dari yang diperlukan untuk mendapatkan PSVR.
Dengan HTC Vive dan Oculus Rift, saya tahu apa yang bisa saya dapatkan. Dengan menyambungkannya ke perangkat PC dengan spesifikasi kelas atas untuk gamer, saya bisa memainkan hampir sebagian besar game pada pengaturan paling maksimal. Namun jika menggunakan PlayStation VR, saya sedikit kurang yakin jika segalanya bisa berjalan dengan apa yang diharapkan.
Akan tetapi, PS4 ternyata lebih dari mampu ketika menampilkan dua gambar segar meskipun bukan yang terbaik yang bisa membuat pikiran melayang, namun tetap memadai untuk menjalankan sebagian besar game yang ada. Sesuai dengan beberapa judul permainan yang saya coba, semuanya bisa berjalan sesuai yang dijanjikan. Namun saya menyadari bahwa banyak dari mereka hanya menggunakan grafis sederhana dibandingkan dengan bagaimana tampilan dunia nyata yang sebenarnya.
Meskipun memiliki memiliki jangkauan pemandangan yang lebih kecil 10 derajat dibanding Oculus Rift, PlayStation VR luar biasanya jarang membuat saya merasa mual karena tingkat latency 18ms yang membuat pengalaman melihat dunia virtual sebagian besar terasa halus tanpa terlihat adanya jeda atau ketidakseimbangan. Saya ingat ketika luas pandangan menjadi poin penting, namun demikian, unit ini menemukan sebuah cara agar bisa menghilangkan masalah ini sepenuhnya.
Sementara untuk game-gamenya sendiri, saya cukup menikmati beberapa contoh demo yang disediakan oleh PlayStation VR. Selama satu minggu saya telah mencoba game Batman: Arkham VR, Battlezone, Harmonix Music VR, Job Simulator, PlayStation VR Worlds, SUPERHYPERCUBE, Tumble VR, Until Dawn, Rush of Blood, Wayward Sky, EVE, Valkyrie, Driveclub VR, RIGS Mechanized Combat League dan yang unik nyeleneh namun mengasyikan, Headmaster.
Game-game tersebut memberikan berbagai pengalaman dari yang sederhana, kemudian tipe permainan dalam ruangan sampai bentuk pertarungan yang intens dan terakhir sebuah game horor untuk merasakan sensasi ketegangannya. Sistem dan spesifikasi perangkat tampaknya lebih disesuaikan untuk penggunaan ringan-santai dibandingkan dengan penggunaan pada dunia super cepat berintensitas tinggi, yang akhirnya malah membuat kita merasa mual dibandingkan terkesan dengan dunia VR.
Untungnya juga VR bukan pengalaman yang hanya dinikmati oleh satu orang saja. Teman-teman dan keluarga anda bisa tetap melihat anda memainkan sebuah permainan melalui fitur yang telah disediakan yaitu Social Screen TV. Sebuah fitur yang menampilkan versi 2D dari apa yang sedang dimainkan oleh seseorang yang sedang berada di alam 3D. Selain itu, terdapat game yang sudah mendukung permainan online multiplayer, contohnya Battlezone.
Terdapat juga fitur menarik lainnya yaitu Cinematic Mode, dimana memungkinkan anda untuk melihat konten 2D dari dalam helm VR. Di Cinematic Mode, tidak terjadi transformasi konten 2D menjadi 3D. Anda bisa menonton sebuah pertunjukan favorit anda dengan tampilan virtual super besar.
Berbicara tentang film dan acara TV, sudah ada beberapa karya yang dihadirkan dalam bentuk VR di PlayStation Store yang layak untuk anda coba. Mereka memang tidak hadir dengan kualitas menyamai Oculus Studio. Namun ketika saya mencobanya saya benar-benar tertawa ketika menonton film Invasion. Dan yang cukup membuat saya terharu adalah ketika menonton film Allumette.
Namun demikian, pengalaman virtual yang sudah saya rasakan baik dari sisi game dan film, tidak saya pertimbangkan sebagai pengalaman nyata. Percayalah, anda tidak akan lupa bahwa anda sedang berada di dunia virtual jika memang itu yang anda cari. Beberapa model karakter tampak memiliki tepi yang bergerigi dan bahkan animator terbaik hanya bisa menghadirkan bentuk seperti itu dengan teknologi yang dimiliki saat ini.
Jadi pada tahap ini, untuk membedakan dunia nyata dengan dunia virtual masih merupakan hal yang mudah. Dan bagi beberapa orang PlayStation VR mungkin seperti perangkat yang menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru, sama seperti ketika Nintendo Wii diluncurkan, dibandingkan sebagai pondasi pertama sebuah inovasi yang menggebrak.
Rasa Mual, Penggunaan Lebih Lama
Sony merekomendasikan untuk beristirahat setiap 15 menit atau segera berhenti menggunakan perangkat virtual jika anda mulai merasa pusing. Saya ingin menambahkan sedikit informasi agar anda perlahan-lahan menyesuaikan diri anda pada kondisi virtual. Mulai dengan memainkan sebuah game selama beberapa menit, dimana idealnya menggunakan Move motion controller dalam posisi duduk. Ketika sedikit demi sedikit sudah terasa nyaman, anda bisa mencoba dalam durasi waktu yang lebih lama dan mengganti posisi duduk menjadi posisi berdiri untuk bisa merasakan sensasi yang lebih menyeluruh.
Saya mengakui ketika pertama kali mencoba perangkat VR, saya merasa sangat pusing. Namun setelah beberapa kali menggunakan perangkat VR saya baru bisa mulai menikmati bagaimana sensasi VR sebenarnya.
Tubuh saya sama seperti anda, tidaklah terbiasa ketika memutuskan stimulus perasaan dengan dunia nyata. Bahkan jika anda memainkan game selama berjam-jam dalam satu hari, anda tetap hanya duduk dalam dunia nyata, secara berkala mengalihkan perhatian anda dari layar TV untuk melihat ponsel anda atau berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitar anda saat itu. Di dunia virtual, satu-satunya yang anda lihat hanya layar dan objek yang ada di dalamnya, dan anda tidak bisa berinteraksi langsung (pasif) dengan objek tersebut. Hal ini menimbulkan perasaan terputus dari dunia luar dan akan menimbulkan rasa mual.
Gejala menarik lainnya yang saya alami setelah menggunakan perangkat VR dalam jangka waktu lebih lama dari sebelumnya adalah sakit kepala yang cukup parah. Ini mungkin juga disebabkan oleh jam tidur saya yang kurang ketika menulis artikel ini atau karena fakta bahwa saya berada di sebuah media yang keras dimana mencoba VR selama delapan jam sehari selama satu minggu penuh. Hampir setiap malam mata saya terasa sangat berat ketika akan tidur dan merasakan sensasi berdenyut tepat diatas pelipis saya.
Selain saya ada juga beberapa orang yang merasakan gejala yang sama seperti yang saya rasakan meskipun tidak memainkannya dalam waktu lama dan bisa dihilangkan dengan pola tidur yang baik. Dan ada juga beberapa rekan saya yang baik-baik saja memainkannya dalam waktu lama dan tetap baik-baik saja. Jadi ini mungkin tergantung dari aktifitas harian anda, namun saya tetap menyampaikannya karena cukup layak untuk dipertimbangkan jika suatu saat anda merasakan gejala seperti yang sama alami.
Masa Depan PlayStation VR
Saya tidak bisa melihat masa depan, dan juga tidak bisa melihat rahasia rencana Sony di masa depan. Namun, satu hal yang bisa saya perkirakan bahwa PlayStation Sony akan menjadi aksesoris yang menarik dalam sistem berplatform gerak. Terdapat sebuah kesempatan bahwa perangkat ini akan bisa terjual cukup baik dan membuat para developer melihat potensi keuntungan dengan membuat konten-konten game yang nantinya berperan langsung mendukung kepopuleran perangkat ini pada tahun pertama diperkenalkannya.
Namun terdapat juga kemungkinan lain PlayStation VR. Perangkat dari Sony ini mungkin akan populer dan mendapat dukungan pada enam bulan pertamanya dan kemudian, setelah dua tahun perangkat ini hilang dalam debu sama seperti PlayStation Vita atau Nintendo Wii.
Dari semua hal yang sudah pernah saya dengar dan saya lihat, baik pada acara pameran ataupun ketika berbicara langung dengan para developer, ada banyak ketertarikan di seputar bidang virtual reality dan khususnya PlayStation VR. Tentu dari hal ini memunculkan ide bahwa PSVR akan didukung penuh baik oleh developer pihak pertama maupun publisher pihak ketiga agar platform ini bisa berjalan sukses. Saya menyampaikannya di bagian akhir karena ini semua bukanlah skenario yang pasti terjadi. Kita pernah membayangkan teknologi yang benar-benar akan terwujud, namun pada kenyataannya ketika penjualannya tidak mencapai apa yang diharapkan, para developer berangsur-angsur mulai meninggalkannya. Contohnya ada pada Microsoft Kinect, 3D TV dan Betamax player.
Apa yang ingin saya sampaikan adalah di bidang ini terdapat banyak potensi yang belum digali. Sony mungkin saja akan menyia-nyiakan dana jutaan Dolar pada divis R&D-nya jika hal itu tidak terwujud. Ketika sistemnya telah dibangun dengan baik dan orang-orang mulai menjadi pengguna VR alami, akan terwujud hal yang lebih baik lagi. Namun jika anda takut untuk mencobanya pertama kali, tidak akan ada yang mau menunggu beberapa bulan hanya untuk memastikan para developer masih mendukung di belakang dan mau membuat calon pembeli mengeluarkan uangnya.
Kesimpulan
PlayStation VR adalah teknologi yang menginspirasi. Secara keseluruhan merupakan perangkat yang luar biasa, meskipun masih ada beberapa kekurangan di beberapa tempat. Setelah mencobanya sendiri, anda akan menginginkan pengalaman lebih ketika memainkan BioShock Infinite atau GTA dalam bentuk VR. Dan dalam contoh permainan (demo game) yang diberikan, anda bisa mengintip sedikit gambaran dari apa yang akan dihadirkan dalam lima tahun dari sekarang.
PlayStation VR adalah sebuah perkenalan yang bisa menjangkau kualitas VR. Arti dari kata “kualitas” adalah bisa dioperasikan dengan baik. Beberapa pengalaman mungkin tidak sebagus atau sama memukau seperti yang dihadirkan oleh Oculus dan Vive. Namun untuk sebuah sistem VR yang menggunakan PS4 dibanding seperangkat komputer dengan spesifikasi kelas atas, saya tidak akan terlalu banyak mengeluh.
Namun ada yang menjadi kelemahan utamanya, PlayStation VR membutuhkan PlayStation Camera untuk bisa berfungsi dimana anda tidak mendapatkannya dalam paket baru kotak headset. Beberapa game juga membutuhkan satu set perangkat Move controller, dan sekali lagi tidak termasuk dalam paket kotaknya. Tentu, mungkin ada beberapa diantara anda yang sudah memilikinya. Namun bagi yang belum memiliki, anda harus membelinya sendiri secara terpisah atau membeli paket lengkap yang harganya lebih mahal.
Jika anda sudah memiliki PS4, maka PSVR adalah pilihan yang paling logis dan lebih terjangkau. Perangkat ini menawarkan pelacakan gerak tangan dari Move motion controller, koleksi game-gamenya yang berkualitas dan harga yang lebih terjangkau.
Bisa dikatakan seperti itu, namun jika anda memiliki ruangan yang cukup besar dan mencari sensasi yang lebih luar biasa dan uang bukanlah tujuannya, saya merekomendasikan PSVR dibanding HTC Vive, karena skala peredaman ruangannya yang lebih baik dan sedikit lebih tinggi dari grafis yang ada pada PC kelas tinggi. Namun, jika anda sudah memiliki komputer atau PC kelas tinggi namun memiliki ruangan yang terbatas dan harus membeli PS4 beserta PSVR agar bisa mencoba sensasi dunia virtual, maka saya lebih merekomendasikan agar anda memilih Oculus.
Untuk beberapa saat, lupakan betapa menariknya fitur-fitur yang dibawakan dalam PSVR dan fokus memandang ke gambar yang lebih besar. Dalam tiga tahun, Sony telah membawakan PlayStation VR dari lantai dasar bagian pengembangannya ke bentuk akhir produk unggulan industri. PlayStation VR adalah sebuah platform baru yang mengabungkan beberapa unsur yang membuat brand ini begitu hebat, yaitu inovatif, cerdas dan mudah untuk digunakan. Perangkat ini memiliki harga yang terjangkau dan memiliki satu – dua judul game yang wajib untuk dicoba. Meskipun kelengkapan perangkatnya tidak begitu lengkap dan tidak terlalu menyamai kualitas dari HTC Vive, namun untuk harga kisaran $200 lebih murah dibanding Oculus Rift, saya rasa sangat layak untuk dipertimbangkan.
Wow…review yang lengkap sekal
cukup membantu saya mempertimbangkan untuk membelinya…