Melihat Kedalam DuckDuckGo, Pesaing Kecil dan Sengit Google

“Menantang Google di ranah mesin pencari memang terdengar cukup gila. Tapi dengan keunikannya sendiri yaitu pada aspek privasi, DuckDuckGo mulai memiliki basis pengguna setia. Dan seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan keamanan internet, bukan tidak mungkin suatu saat nanti DuckDuckGo akan menjadi pesaing serius Google”

– catatan editor –

Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: John Paul Titlow

Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indoneisa oleh: Edy Kesuma

Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor


 

Ketika Gabriel Weinberg meluncurkan sebuah mesin pencari pada tahun 2008, banyak orang menyangka dia cukup gila. Bagaimana bisa DuckDuckGo, produk kecil dari sebuah startup yang berbasis di Philadelphia, berani menantang Google? Dengan satu cara dia bertaruh, yaitu dengan menghormati aspek privasi user atau pengguna. Enam tahun kemudian, kita telah berada di era buka-bukaan Snowden, dan ide ini tampaknya tidak terlalu gila.

Pada kenyataannya, DuckDuckGo mengalami ledakan trafik.

Duckduckgo saingan google
Gabriel Weinberg – Pendiri DuckDuckGo

Lihatlah pada grafik harian jumlah kueri pencarian DuckDuckGo, jejak pencapaiannya sangat jelas. Pada tahun 2011, perusahaan ini mendapatkan investasi 3 juta Dolar dari Union Square Venture. Termasuk di dalam daftar 50 Website Terbaik versi majalah Time tahun 2011. Beberapa hal tersebut membuat arah kunjungan bertambah ke DuckDuckGo, namun tidak ada satupun dari hal itu mampu memicu terjadinya lonjakan kueri yang besar seperti yang pernah terjadi pada bulan Juli kemarin. Itu ketika Edward Snowden pertama kali membocorkan rahasia NSA tentang program mata-mata digital kepada dunia. Garis biru kecil pada grafik tidak pernah berhenti menanjak sejak saat itu.

“Setiap tahun, kami mengalami pertumbuhan 200-500%,” kata Weinberg. “Angka-angkanya semakin mengalami peningkatan.” Seperti di awal Februari, DuckDuckGo tercatat mengalami 4 juta kueri pencarian per hari. Setahun yang lalu, jumlah tersebut baru menembus sekitar 1 juta kueri.

Mengejutkannya, kesuksesan yang tiba-tiba ini tidak membuat situs web mengalami gangguan (crash). Dan juga tidak membuat fokus perusahaan yang tajam menjadi terabaikan. Inilah bagaimana sebuah perusahaan berjalan pelan tapi pasti, memasuki bidang kategori teknologi paling monopolisasi.

Tiga ide menjadi satu: adalah dimana DuckDuckGo Saingan Google dilahirkan

Weinberg awalnya tidak sedang berencana membangun mesin pencari. Setelah menutup sebuah startup dan menjualnya kepada Classmate.com senilai 10 juta Dolar pada tahun 2006, para lulusan MIT mengetahui dia sedang mengeksplorasi beberapa ide-ide baru. Menempuh berbagai proyek, dia mulai fokus pada struktur data, Quaro – gaya Q&A, dan pemrograman untuk mengatasi spam.

“Saya memulai semua proyek tersebut secara independen dan tidak satupun dari mereka yang benar-benar diluncurkan,” kata Weinberg. “Kemudian saya menyadari, mungkin jika saya menempatkan mereka semua bersama-sama, mungkin akan menjadi pengalaman pencarian yang menarik disana.”

Hasilnya adalah DuckDuckGo, sebuah mesin pencari yang memberikan jawaban langsung dari pertanyaan orang-orang, dibandingkan dengan hanya memberikan daftar beberapa link atau tautan. Dibawah penyebutan “Jawaban Instan,” situs ini tetap terlihat tradisional, hasil pencarian tautan demi tautan disatukan dari hasil pihak ketiga seperti Bing atau Yandex, namun secara krusial, mereka sudah disaring dan diorganisir untuk mengurangi hasil yang berkaitan dengan spam.

Jika melihat sejarah modern bidang pencarian, Weinberg memperhatikan beberapa perusahaan di awal tahun 2000 mencoba (dan gagal) menyaingi Google dengan meniru metode indexing webnya. Dibanding mengikuti langkah yang ambisius tersebut, Weinberg memutuskan membiarkan perusahaan-perusahaan lain melakukan pekerjaan berat tersebut, sehingga dengan startup-nya (dia sendiri yang menyusun codingnya dimana pada saat itu anaknya akan segera lahir) dia bisa lebih fokus membangun pengalaman pengguna yang lebih bagus saat mencari informasi secara online. Kuncinya, sebagaimana yang dia percaya, adalah berupa jawaban instan yang cepat.

“Ketika anda melakukan pencarian, umumnya anda ingin mendapatkan jawaban. Anda tidak perlu meng-klik beberapa tautan,” kata Weinberg. “Itu adalah tugas kami untuk mencari jawabannya. Visi terbesar kami adalah mewujudkan 80% dari kueri tersebut, bahkan untuk hal-hal yang sifatnya khusus.”

Untuk memberikan jawabannya, DuckDuckGo bergantung pada campuran berbagai sumber data pihak ketiga dan kedalaman pengetahuan dari pertumbuhan komunitas pengguna dan pengembang.

“Kami memiliki resep, beberapa bagian acak, dan benda-benda aneh lain yang tidak kami ketahui sebagai sebuah tim,” kata Weinberg. “Satu-satunya cara yang bisa bekerja adalah jika kami memiliki komunitas orang-orang yang cukup tertarik untuk mengetahui bidang permasalahan ini. Dan kemudian datang dengan ide-ide tentang bagaimana seharusnya jawabannya, menyarankan sumbernya, dan bahkan mengembangkannya.”

Dengan jawaban instan ini, dia telah berpegang pada sesuatu yang jelas. Saat ini, ketika anda menjalankan Google untuk mencari informasi “Galileo” atau “Berapa tinggi menara Big Ben?” tampilan biasa berupa tautan berwarna biru ditampilkan bersama kotak putih kecil yang berisi sebuah biografi singkat dari Galileo, atau pada kasus lain, berupa jawaban: 316 kaki.

Ini adalah resiko terbesar bagi setiap starup yang berani menantang raksasa pemimpin terdepan. Pada suatu titik tertentu, Google atau Facebook atau Apple bisa dengan mudah meniru sesuatu hal berbeda yang sedang anda kerjakan, melemparkan mimpi anda yang sudah hancur ke ke dalam tempat sampah sejarah teknologi.

Weinberg dan tim kecilnya tidak terpengaruh. Bagaimanapun juga, DuckDuckGo memiliki sebuah aset yang Google-pun tidak bisa menirunya, meskipun mereka menginginkannya.

Senjata rahasia DuckDuckGo: Privasi yang ketat

Ketika anda melakukan pencarian dari website DuckDuckGo atau dari salah satu aplikasi mobilenya, dia tidak mengetahui siapa anda. Tidak ada penggunaan login akun user. IP address anda tidak direkam. Website ini tidak menggunakan cookies untuk melakukan pelacakan sesuatu yang sering anda lakukan atau kemana anda pergi saat online. Dia tidak menyimpan jejak pencarian anda. Ketika anda mengklik sebuah tautan dari DuckDuckGo, web ini tidak akan melihat istilah atau kata yang anda gunakan. Perusahaan bahkan memiliki jalan keluar relay Tor-nya sendiri, yang mengijinkan para pengguna Tor menggunakan DuckDuckGo dengan sedikit perbedaan kinerja.

Sederhananya, mereka sangat ketat pada privasi.

Awalnya hal ini tidak berjalan seperti sekarang ini. Weinberg yang berkata bahwa dia selalu memegang teguh privasi, secara khusus tidaklah memperhatikan isu privasi pencarian saat pertama kali dia membangun layanan ini. Kenyataannya, dia hanya sedikit mengetahui masalah ini. Dan kemudian pengguna awal mulai menanyakan beberapa pertanyaan.

“Beberapa pertanyaan awal yang saya dapatkan adalah tentang privasi,” kata Weinberg. “Saya telah meluncurkannya dan saat itu ada di portal Reddit dan Hacker News. Jadi ini berada di topik teknologi yang berat dan disana terdapat banyak orang yang kritis pada privasi.”

Apakah situs ini menggunakan pelacak cookies? Apakah dia menyimpan IP address? Itu adalah beberapa hal yang tidak Weinberg pikirkan awalnya, namun merupakan sesuatu yang jelas ditekankan oleh para basis pengguna barunya. Jadi orang yang menyebut dirinya pecandu kebijakan teknologi memutuskan menggali lebih dalam pembahasan praktek privasi Google dan mesin pencari lainnya. Dia tidak menyukai apa yang telah dia dapatkan.

“Jika anda melihat log session pencarian orang-orang, itu adalah hal-hal yang paling pribadi yang ada di internet,” kata Weinberg. “Tidak seperti Facebook, dimana anda bisa memilih apa yang akan anda posting, dengan pencarian anda mengetikkan masalah medis, hobi, atau keuangan anda dan hal-hal sejenisnya. Anda tidak memikirkan dampak privasi dari kegiatan pencarian anda.”

Fungsionalitas yang umum ini, digabungkan dengan kemungkinan terjadinya kebocoran data dan mungkin saja peretasan, membuat Weinberg menjadi cemas. Pada saat yang sama, dia menyadari masih memungkinkan untuk membangun model bisnis pencarian yang mampu berjalan terus tanpa merekam kebiasaan pengguna. Satu hal yang tidak mungkin bisa dicapai Google (tingkat keuntungan tanpa target iklan skala besar, yang mana logika dasar dari penyampaian iklan seperti ini contohnya pengguna mencari informasi tentang motor, dan anda memberikan mereka iklan motor sesuai penjualan keyword). Dan tentu saja, keuntungan dari model ini hanya akan bertambah seiring semakin banyak orang juga yang melakukan pencarian.

Menjadi jelas bahwa pendekatan dengan tidak mengenggam wilayah privasi akan memberikan DuckDuckGo sebuah nilai jual yang unik sebagaimana Google yang menggunakan data privasi penggunanya. Jadi perusahaan memposisikan dirinya dengan tepat dan mulai menarik banyak perhatian pada isu privasi online yang dengan perlahan mengangkat kesadaran masyarakat.

“Sangatlah ekstrim saat itu,” kata Weinberg. “Dan mungkin tetap dipertimbangkan ekstrim oleh beberapa orang, namun saya pikir hal ini akan menjadi semakin ekstrim di saat ini. Pada tahun kemarin, menjadi semakin jelas mengapa orang-orang tidak ingin informasinya dilacak dan direkam.”

Bagaimana komunitas DuckDuckGo menginformasikan produknya dan sistem payrollnya

Salah satu orang yang tidak menganggap pelekatan pro-privasi adalah sesuatu yang ekstrim adalah Caine Tighe. Setelah mendengar tentang DuckDuckGo pada tahun 2009, programmer muda ini memutuskan menghubungi Weinberg menanyakan apakah dia membutuhkan bantuan.

“Saya bertemu Gabe seperti dimana saya bertemu banyak orang: melalui internet,” kata Tighe. “Saya pikir sangat menarik mengetahui dia sedang mengerjakan sebuah mesin pencari baru. Dia tidak benar-benar memiliki sesuatu yang dapat saya kerjakan pada saat itu, karena dia masih menyempurnakan idenya. Setelahnya, saya membantunya menulis kode aplikasi pertamanya di Android.”

Tahun 2011 dibantu dengan pendanaan pertama dari program ventura, DuckDuckGo telah siap pindah dari kamar bawah tanah Weinberg menjadi perusahaan nyata sepenuhnya. Telah mengerjakan berbagai proyek bersama Weinberg, Tighe dengan jelas dipilih menjadi karyawan pertama full time di perusahaan tersebut. Suatu saat dia akan menjadi Director of Core Components, sebuah peran dimana dia bertugas untuk mengawasi infrastruktur DuckDuckGo, dari yang berdasarkan teknologi web ke bentuk fungsionalitas dari aplikasi mobile.

Arah pemikiran Tighe adalah satu hal di masa depan yang akan diikuti oleh seluruh karyawan: Satu demi satu, anggota komunitas DuckDuckGo berangsur-angsur meningkatkan keterlibatan mereka, mulai dari membuat plugin, merekomendasikan sumber data, bahkan ikut berkontribusi coding dan akhirnya memposisikan diri sebagai pelamar pada saat perusahan mulai membuka lowongan.

“Jika anda ingin bekerja dengan kami, kami menemukan orang-orang dengan motivasi tinggi datang langsung dari komunitas,” kata Zac Pappis, Director of Marketing and Community DuckDuckGo. “Setiap orang dapat ikut menjejakkan kaki mereka disini” Benar, Pappis sendiri banyak terlibat dalam komunitas DuckDuckGo dan melakukan pekerjaan part time untuk Weinberg setiap sore sebelum ditawarkan posisi full time pada tahun 2012.

Pada kapasitas ini Pappis membantu mengawasi pertumbuhan komunitas dari user dan developer yang berkontribusi langsung ke DuckDuckGo. Sepanjang waktu, komunitas ini telah mengambil peran vital dalam evolusi produk inti perusahaan. Tidak hanya mengambil karyawan baru dari kelompok pendukung, tapi bagian dari kelompok ini pecah ke dalam platformnya sendiri yaitu: DuckDuckHack.

Membiarkan para pengguna meretas mesin pencarinya sendiri

“Hal ini dimulai begitu saja,” kata Weinberg. “Saya telah selesai membuat kode API dan mencoba melibatkan orang-orang ini dalam pengkodeannya. Dan hal ini ternyata berhasil menjadi platform dimana orang-orang dapat bekerja menggunakannya.”

Diberi label sebagai “DuckDuckGo open source,” platform DuckDuckHack memudahkan para developer membangun plugin Jawaban Instan mereka sendiri dengan perlengkapan perusahaan berupa API dan dokumentasinya. Adalah esensial sebuah toolkit membantu setiap orang memprogram definisi bagaimana menginterpretasikan apapun yang orang-orang tanyakan dalam mesin pencari, sama dengan mencari dimana suatu informasi secara online.

Beberapa contohnya sangat jelas. Informasi tentang film diperoleh dari situs IMDB atau Rotten Tomatoes. Pencarian untuk kata kunci “The Beatles” ditarik dari uraian biografi yang terdapat di Wikipedia atau Last.fm. Ada juga bentuk komputasi sederhana yang dihadirkan oleh Wolfram Alpha. Tighe tampak begitu bersemangat saat berhasil mengintegrasikan layananannya dengan Forecast.io, sebuah sumber data dibalik aplikasi prediksi cuaca populer, Dark Sky.

Kemudian terdapat sesuatu yang semakin kabur, hal-hal yang tampaknya kurang jelas. Disitulah komunitas datang untuk ikut ambil bagian.

“Pengalaman dengan menggunakan Wolfram Alpha benar-benar membuka mata saya pada fakta bahwa anda bisa mendapatkan jawaban untuk hal-hal yang sifatnya esoterik (hanya dipahami oleh beberapa orang saja),” kata Weinberg. “Dan kami mulai menyertakan hal ini juga. Anda bisa mendapatkan jawaban untuk berton-ton topik yang sepenuhnya tim kami tidak mengetahuinya. Selebriti contohnya. Kami bukanlah penganut berat budaya pop.”

Seorang user, sebagai misalnya, adalah seorang kutu buku Lego. Sebagai seorang penggemar Lego tentu mengetahui tiap-tiap potongan blok bangunan memiliki nomor ID yang unik. Untuk membuat potongan-potongan ini terlihat lebih mudah dalam DuckDuckGo, dia membuat sebuah plugin yang menarik potongan database Lego, dimana setiap bit nya dibangun oleh para penggemar Lego.

Menggulirkan mouse dalam daftar Jawaban Instan yang ada (yang dikenal dengan “goodies” dalam DuckDuckHack) anda akan bisa memahami mengapa DuckDuckGo membuka potongan proses ini kepada orang lain, yaitu: Beberapa dari hal-hal ini adalah terlalu aneh untuk ditangani satu perusahaan.

Di dalam DuckDuckGo: Bagaimana tim kecil ini bekerja

Menjejakan langkah ke dalam kantor pusat DuckDuckGo di Paoli, Pennsylvania, sulit membayangkan tempatnya terlihat sederhana, lantainya yang jarang diduduki dapat digunakan untuk membuat kekacauan pada salah satu perusahaan terbesar di dunia.

Namun mereka memang seperti ini. Sekitar 20 atau lebih karyawan DuckDuckGo bekerja dari tempat yang jauh. Doug Brown, seorang developer spesialis front-end, tinggal di Toronto, dan secara periodik mengunjungi kota Philadelphia. Karyawan yang baru saja direkrut, adalah seorang developer bernama Jag Talon, mulai bekerja untuk perusahaan dari tempat asalnya di Filipina. Ketika kami mengunjungi kantor mereka di bulan Januari, hanya ada kurang dari selusin karyawan berkeliaran di aulanya. Kami diberi tahu bahwa saat itu termasuk banyak dibandingkan hari biasanya.

Hari demi hari, prioritas kerja tim didikte oleh apa yang mereka sebut sebagai “jalur kritis,” yaitu daftar poin penting yang menjaga mereka dari distraksi dan tetap berada di misi inti dari DuckDuckGo. Mengejutkannya, peningkatan jumlah trafik tidak merobohkan jalur kritis tersebut, yang diketahui dari pengecekan ulang bahwa arsitektur situs web sudah bagus dan mampu untuk menangani beban trafik tersebut.

Salah satu poin penting yang dicek baru-baru ini dari daftar prioritas adalah konsolidasi umum perusahaan dalam menghadapi transformasi situs komunitas menjadi sebuah antarmuka Web tunggal. Selanjutnya adalah mendesain ulang tampilan website DuckDuckGo, dengan target peluncurannya pada kuarter kedua tahun ini.

Seperti perusahaan lain dengan tim yang bekerja secara remote, DuckDuckGo bereksperimen dengan semua peralatan kolaborasi online terbaru.

Skype. Yammer. HipChat. Asana. “Kami telah mencoba semua yang kami ketahui,” kata Pappis.

Belakangan ini, mereka sedang bermain-main dengan Sqwiggle, sebuah layanan kolaborasi online yang menggunakan video persisten dan screenshot periodik yang membuat sesama rekan kerja dapat saling melihat satu sama lain atau mengetahui siapa yang sedang tidak ada di meja kerjanya.

“Layanan Skype lebih seperti kita sedang mengangkat telepon, sedangkan Sqwiggle lebih seperti kita sedang bertukar pesan teks,” kata Brown. “Anda dapat melihat wajah orang-orang dan anda dapat saling chat dengan cepat tanpa harus mengatur waktu formal karena anda tahu mereka sedang ada disana. Sesuatu seperti ini merupakan kunci untuk segalanya. Dan pastikan setiap orang mengetahui apa yang sedang anda kerjakan dan kapan anda mengerjakannya.”

Dari sisi teknologi, semua tim coding (sebagian besar menggunakan Perl dan JavaScript) bisa mengatur dan berdiskusi melalui Git dan GitHub Enterprise. Setiap perubahan, tidak peduli seberapa menit itu, langsung disalurkan melalui room HipChat sehingga setiap orang dapat melihat apa yang sedang terjadi setiap saat. Model penerapan ini disetujui oleh setiap orang, dan luar biasa bermanfaat.

“Sangatlah menarik mengetahui bentuk fakta bahwa tim ini adalah tim yang bekerja secara remote,” kata Tighe. “Ini tidak akan terwujud jika setiap orang ada di kantor ini, karena setiap orang akan selalu bertanya satu sama lain apa yang sedang terjadi. Kami menghindari kasus seperti ini: Kami membutuhkan setiap potongan informasi dari setiap orang dalam tim yang berpotensi bertanggung jawab untuk hal itu, namun terjadi secara tidak serempak.”

Ketika berkaitan dengan berbagai peralatan perorangan dari para developer yang digunakan untuk mengembangkan fitur DuckDuckGo, Weinberg bukanlah pemilih.

“Kami berusaha tidak mengendalikan lingkungan mereka,” katanya. “Orang-orang bekerja secara remote. Kami memberikan kebebasan setiap orang menentukan lingkungan mereka sendiri dan tetap berkaitan penuh dengan DuckDuckGo. Ini sepenuhnya adalah mesin. Beberapa orang menggunakan Emacs. Beberapa orang terhubung langsung dengan mesin tersebut. Beberapa orang melakukan pengembangan dari tempatnya masing-masing. Orang-orang bekerja dengan berbagai cara yang berbeda.”

 

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.