Berapa Banyak “Komputer” Sebenarnya Yang Kita Butuhkan
“Ancaman yang paling membahayakan di era digital saat ini adalah kurangnya pengendalian diri untuk memiliki beberapa perangkat komputer sekaligus. Perkembangan internet, menjamurnya media sosial, ataupun tuntutan pekerjaan kadang membuat kita bingung menentukan perangkat yang tepat untuk kita gunakan. Namun semuanya kembali ke diri anda sendiri apakah benar-benar membutuhkannya atau tidak”
– catatan editor –
Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Jan Dawson
Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma
Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor
Terbesit sebuah pemikiran mengenai isi video podcast Techpinions minggu lalu yang ingin saya perluas. Ini tentang ide dimana kita dikelilingi oleh berbagai macam komputer pabrikan yang berbeda dan hal ini merupakan salah satu pertanyaan terbesar dalam industri kita mengenai berapa banyak komputer yang dibutuhkan setiap individu untuk kegiatan pribadi dan bisnis mereka.
Ketika istilah komputer disamakan dengan komputer desktop, jawabannya adalah antara satu atau tidak bagi kebanyakan orang. Yang mencerminkan tentang apakah anda membutuhkan sebuah komputer atau tidak. Jika memang membutuhkan, hal itu seperti duduk di sebuah meja kerja di kantor atau di rumah dimana terdapat satu set perangkat komputer desktop. Hanya sedikit orang yang membutuhkan komputer lebih dari satu.
Akan tetapi ketika laptop datang, tiba-tiba muncul sebuah alasan bagi beberapa orang membutuhkan lebih dari satu komputer untuk tujuan yang sama. Komputer desktop salah satunya, berada di rumah di saat yang lagi satu dibawa berpergian oleh pengguna. Hal ini memerlukan beberapa penyesuaian dimana data file seringkali harus dipindahkan secara manual ke laptop dengan usb drive atau sejenisnya. Seringkali, peningkatan penggunaan laptop membuat sebagian orang melupakan keberadaan komputer desktop, bahkan bisa jadi membuatkan sebuah dek khusus ketika berada di kantor atau rumah untuk memperluas fungsionalitas dari laptop. Dan sepertinya, laptop berubah dari sebuah perangkat cadangan menjadi perangkat utama atau bahkan komputer yang tidak tergantikan untuk bekerja atau untuk keperluan pribadi.
Ketika smartphone pertama kali datang, hal ini juga memiliki kemiripan situasi saat pertama kali laptop datang, yaitu sebagai komputer kedua dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya smartphone adalah komputer yang memiliki banyak keterbatasan, hanya efektif untuk email dasar dan sejenisnya, namun mampu menggantikan untuk beberapa fungsi kecil, yang terdapat dalam fungsi laptop. Smartphone mulai mengalami evolusi dimana mereka semakin hari semakin lebih menyerupai komputer pocket, yang dapat dibagi, sedikitnya pada bentuk dasar dari sebagian besar fungsi laptop. Mereka mulai menjadi perangkat kedua, namun sekali lagi, seiring dengan kekuatan dan fungsionalitas yang didapatkan, mereka bagi sebagian besar orang mulai menjadi perangkat komputer utama dalam hidup, menemani kita pergi kemana saja, perangkat yang pertama kali kita pakai untuk mengerjakan beberapa pekerjaan, berperan sebagai fungsi cadangan yang ada di laptop.
Di tahun 2010, Apple menciptakan tablet iPad dan mengenalkannya sebagai perangkat komputer yang lain lagi. Orang-orang yang sudah menggunakan smartphone dan laptop memiliki sebuah komputer lain yang dapat digunakan, mengoptimalkan beberapa pekerjaan dan skenario tertentu, menawarkan sebuah layar yang lebih besar dari ukuran smartphone, dan memberikan beberapa keuntungannya sendiri, seperti bentuk yang portabel, ringkas alami, dan sistem operasi layar sentuh. Ini menimbulkan beberapa perdebatan pada awalnya, dimana orang-orang umumnya berada di posisi memiliki 3 perangkat komputer yang berbeda untuk penggunaan pribadi. Pada beberapa kasus, orang-orang memecahkan situasi ini dengan mengadopsi tablet sebagai perangkat komputasi utama, yang efektif menggantikan laptop sebagaimana dulu laptop menggantikan komputer desktop.
Saya percaya insting untuk mencoba kembali ke penggunaan 2 komputer adalah benar-benar efektif, baik dari segi kompleksifitas atau dari alasan budget. Sebagian besar orang dan pebisnis bergulat dalam masalah menentukan pembagian pembelian tiga perangkat berbeda demi menyelesaikan esensi dari suatu pekerjaan yang sama. Kendatipun terdapat beberapa penyelesaian masalah dengan memilih tablet dibandingkan dengan laptop (disaat yang sama terdapat juga yang memilih sebaliknya, yang memilih kembali menggunakan laptop dan perlahan meninggalkan tablet mereka). Saya melihat beberapa tahun terakhir sebagai periode eksperimen untuk melihat apakah orang-orang lebih cocok menggunakan tablet sebagai perangkat utama, sebagai perangkat cadangan, atau tidak sama sekali. Kemunculan perangkat 2 fungsi dalam 1 perangkat yaitu tablet Surface dari Microsoft, dimana mencoba untuk membantu pengguna untuk memecahkan masalah ini dengan sebuah penyelesaian diantara dua buah bentuk, melalui perangkat yang lebih mampu ber-kompromisasi.
Ketercampuran berbagai hal itu melahirkan istilah “phablet”, yaitu smarphone layar lebar yang mendekati batas tidak resmi diantara smartphone atau tablet. Pada beberapa kasus, pengguna menghindari kebingungan ini dengan menambah ukuran smartphone yang dapat mereka bawa untuk menyerap beberapa fungsi dari tablet, dimana di saat lain juga terdapat orang-orang yang kembali ke laptop dan meninggalkan perangkat tabletnya tanpa memiliki fungsi apapun. Saat saya berpikir ancaman phablet kepada tablet bisa semakin meningkat, saya pikir ini adalah sesuatu yang memang nyata, dan iPhone layar lebar dari Apple adalah representasi ancaman kepada iPad.
Semua hal yang dapat terjadi pada acara Apple minggu depan adalah sesuatu yang menarik. Pada poin ini dalam sejarahnya, Apple telah memutuskan peran yang tepat bagi iPad dalam dunia multi-komputer, khususnya dalam konteks peluncuran iPhone 6 dan 6 Plus saat ini. Seberapa pentingnya kah bagi Apple untuk menyediakan alasan baru kepada orang-orang agar memilih iPad sebagai tambahan dalam lini produk iPhone dan Mac? Tahun lalu spesifikasi hardware dari new iPad adalah langkah maju yang signifikan, dimana ditandai dengan semakin ringan dan semakin tipis dari versi sebelumnya. Namun demikian tidak ada gejolak peningkatan dalam penjualan. Sebelumnya saya sudah membahas tentang siklus pergantian iPad dan saya percaya hal ini masih menjadi alasan ketenangan penjualan iPad dengan siklus peningkatan besar yang akan datang. Saya juga mempercayai Apple perlahan mulai mengurangi alasan untuk membeli sebuah iPad pada lini produk iPhone dan Mac.
Pertanyaan pada poin ini adalah apakah iPad pada kenyataannya telah menempati posisi yang sama dengan iPod. Memiliki daya tarik dalam suatu periode waktu, namun ditakdirkan untuk digantikan pada titik yang sama oleh perangkat lain, seperti contoh iPod yang tergantikan oleh iPhone. Terasa janggal dalam peluncuran produk mereka (meskipun kita harus mencatat bahwa bekerja dengan iPad dimulai sebelum bekerja dengan iPhone). Namun sebagaimana peningkatan perangkat personal yang telah dirilis Apple, orang-orang perlahan mengalihkan minat mereka ke perangkat yang lebih baru, yang lebih personal walaupun posisi iPad dalam peluncuran ini sedikit berada di luar tempatnya. Jika iPhone mengkanibalisasi iPad, hal itu bukanlah sesuatu yang buruk bagi Apple, yang mana membuatnya menghasilkan lebih banyak uang dari produk dasarnya, yang mungkin hal ini memperkuat kepercayaan perusahaan pada satu jajaran produk demi pertumbuhan yang lebih besar, baik dari pendapatan maupun keuntungan. Pada titik tertentu dalam beberapa tahun ke depan, Apple mungkin harus bisa mengendalikan proses kanibalisasi tersebut.
Kita akhirnya sampai ke Apple Watch, yang merupakan seri produk Apple yang meningkatkan pengalaman ber-komputer dengan lebih personal dan lebih “intim” (jika menggunakan terminologi dari Apple)
Apple Watch tidaklah seperti smartwatch lain yang ada diluar sana, bukan hanya sesuatu yang unik dari sudut pandang fashion, tapi juga dengan jelas menempatkan diri sebagai komputer dalam fungsinya sendiri, dengan potensi besar melebihi kapabilitasnya saat ini di versi yang akan datang. Lebih daripada itu, saya pikir segalanya menjadi mungkin dimana Apple Watch akan menjadi komputer utama dalam kehidupan orang-orang sama seperti yang telah terjadi pada laptop dan smartphone. Perlu beberapa waktu sampai semua hal itu dapat terjadi, sepertinya halnya smartphone yang belum siap menggantikan peran laptop pada awalnya. Namun saya dapat dengan mudah meramalkan masa depan yang akan terjadi pada beberapa tahun lagi. Secara khusus hal ini tentu masuk akal ketika anda membayangkannya fragmentasi antara input, output dan prosesor yang sebelumnya telah saya bicarakan, yang mana sebuah perangkat kecil seperti Apple Watch mungkin memakai kekuatan pemrosesan external, termasuk input dan output untuk mencapai fungsionalitas penuh dari perangkat mereka.
Namun demikian, hal tersebut menimbulkan kembali pertanyaan tentang berapa banyak komputer yang kita perlukan? Kita biasanya menjawab antara satu atau tidak ada sama sekali, sedangkan di saat ini jawaban bagi sebagian besar orang mulai mendekati jawaban dua buah, dan sisanya menjawab tiga buah. Dengan adanya jam seperti Apple Watch yang akan masuk ke pasar, beberapa orang akan mulai ke penggunaan empat buah perangkat komputer. Seiring dengan waktu, hal ini sepertinya akan menjadi ketegangan yang tidak terelakan yang timbul dari penggunaan berbagai perangkat komputer dan orang-orang akan mulai memilah dan menyingkirkan setidaknya hanya fokus pada dua pasang saja. Tentunya sangat menarik menyaksikan perangkat mana saja yang akan dipilih oleh orang-orang nantinya.