Bagaimana Berhenti Melihat Ponsel Seperti Seseorang Pecandu

“Terlalu aneh melihat semakin banyak orang tenggelam dengan keasyikannya sendiri ketika menggunakan ponsel. Bukanlah hal yang pintar jika kita sendiri dibodohi oleh selubung kata-kata perangkat pintar, jika kita sendiri tidak bijaksana untuk menentukan kapan dan dimana seharusnya menggunakannya”

– catatan editor –

Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Max Ogles

Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma

Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor


Cara Mengurangi Kecanduan Smartphone
Ilustrasi Pengguna Smartphone

Pada bulan Desember 2013, seorang turis asal Taiwan sedang berjalan-jalan di sepanjang dermaga St. Kilda, Melbourne, Australia. Dari dermaga tersebut orang-orang bisa melihat pemandangan laut yang cantik dan menawan, jadi saya bisa membayangkan banyak turis yang mengeluarkan ponselnya untuk menggambil gambar di sekitarnya. Bisa diperkirakan, turis ini juga mengeluarkan ponselnya, namun bukan untuk mengabadikan kenangan. Dia sedang mengecek dinding berita Facebook-nya. Dia berjalan sepanjang dermaga sambil memandangai ponselnya, dan itulah penyebab teralihkannya perhatiannya. KERLOP. Dia jatuh ke laut.

Malangnya turis ini tidak bisa berenang. Namun berita baiknya dia bisa membuat dirinya mengambang di atas air sekitrar 20 menit sampai seseorang memanggil petugas dan sebuah kapal datang menyelamatkannya. Laporan resmi dari kejadian tersebut memberitahukan bahwa, setelah hampir setengah jam di dalam air, wanita tersebut masih tetap memegang ponselnya ketika bantuan datang. Walaupun tidak disinggung di dalam laporan, saya membayangkan bahwa ketika bantuan tiba dan petugas berteriak kepadanya, “Kami datang untuk menyelamatkanmu” dan kemudian wanita itu membalasnya, “Saya benar-benar akan mempostingnya di Instagram!”

Masalah dari Smartphone

Ini bukan kejadian biasa dimana anda sedang berjalan di sepanjang dermaga sambil menggunakan ponsel, namun ini hampir memastikan bahwa pikiran anda telah teralihkan oleh ponsel ketika perhatian anda seharusnya ada di tempat anda berada. Kami suka menganggap diri kami ahli dalam bagaimana dan kapan menggunakan smartphone yang kami miliki, namun sebenarnya alat ini hanya sekitar beberapa tahun hadir dalam kehidupan kita. Pemakaian dan pengadopsian teknologi baru, hampir selalu diluar pemahaman kita tentang bagaimana dampak sebenarnya dari teknologi tersebut.

Lihatlah mobil sebagai contohnya. Mobil pertama dibuat pada tahun 1886 oleh seorang insinyur dari Jerman bernama Karl Benz. Diperlukan hampir 30 tahun bagi mobil untuk dapat didistribusikan secara luas di Amerika, dimana ketika itu Henry Ford masih menyempurnakan susunan perakitan dan metode lainnya dalam proses manufakturnya. Bahkan, meskipun para pengemudi telah paham dengan baik resiko dari menjalankan mesin besar ini pada kecepatan tinggi, sabuk pengaman belum menjadi sebuah kewajiban dalam mobil sampai tahun 1968. Pemakaian dan pengadopsian mobil jauh melebihi penanggulangan kita pada resiko.

Ponsel iPhone pertama dirilis pada tahun 2007, jadi bisa dikatakan bahwa kita telah menjalani delapan tahun era teknologi smartphone. Apakah kita telah mengetahui resikonya? Mari kita lihat beberapa penelitian yang telah dilakukan, beberapa pencegahan dasar yang harus kita lakukan untuk memastikan kita memperoleh manfaat dari smartphone, dibandingkan dengan membiarkannya menarik diri kita pada resiko yang dimilikinya.

Berbagai Penelitian

Saya tidak perlu memberitahukan kepada anda bahwa diluar sana terdapat banyak penelitian baru tentang smartphone, teknologi, dan internet. Teknologi adalah topik yang menarik bagi penelitian dan artikel ini cukup populer untuk media. Inti dari pendapat saya adalah teknologi memiliki dampak psikologi dan fisik nyata, yang bisa sangat merugikan. Berikut ini adalah bukti-bukti pendukungnya:

Bukti Pertama: Technoference

Sebuah hasil penelitian yang diumumkan tahun lalu di BYU (Brigham Young University) menyampaikan bahwa bahkan pengalihan perhatian singkat teknologi – seperti lirikan singkat pada suatu pesan teks, sebuah aksi swipe dalam pembicaraan – bisa menciptakan konflik dan “hasil negatif” pada hubungan manusia. Terdapat korelasi antara “technoference” dan penurunan kepuasan hidup, gejala depresi, dan konflik yang berhubungan dengan teknologi.

Bukti Kedua: Techneck

Kita semua mungkin sering mengalami RSI (Repetitive Stress Injuries) atau sejenis cedera akibat ketegangan pada otot/syaraf akibat dari penggunaan keyboard dalam waktu lama. Bagaimana dengan sebuah cedera baru yang berhubungan dengan teknologi? Para peneliti merujuk cedera tersebut sebagai “techneck,” didefinisikan sebagai sebuah kelelahan spesifik tepat diatas tulang leher yang disebabkan oleh seringnya leher membungkuk saat melihat ke layar perangkat portabel. Ketika anda membungkukkan leher lebih lama, jumlah tekanan yang anda peroleh semakin meningkat. Melakukannya sampai ratusan kali dalam sehari bisa membuat punggung dan otot leher berada pada kondisi memerlukan penanganan operasi. Dan ingatlah, bahwa smartphone baru beberapa tahun melekat dalam kehidupan kita.

Bukti Ketiga: Skala PUMP

Sebuah skala nyata telah dirancang untuk mengukur berapa banyak dampak negatif yang diperoleh dari kebiasaan kita. Kepanjangan dari PUMP adalah “Problematic Usage of Mobile Phone” atau “Masalah-Masalah dari Pemakaian Ponsel Mobile.” Maksud dari penelitiian PUMP adalah untuk mencari persamaan nyata antara kecanduan penyalahgunaan bahan atau zat dengan teknologi yang digunakan secara berlebihan. Meskipun masalah-masalah penggunaan ponsel tidak, atau belum diakui sebagai kondisi yang bisa didiagnosis, para ahli di bidang ini memperdebatkannya pada bidang yang sama.

Pemecahan Masalah

Pengamatan yang menarik dari teknologi adalah kadang orang-orang yang paling produktif yang kita tahu sebenarnya adalah orang yang paling tertimpa dosa dari “technoference” dan dosa-dosa smartphone lainnya. Seringkali orang-orang dibingungkan dengan istilah produktifitas karena mereka selalu mengecek ponsel, yang jika bisa disadari hal itu tidaklah jauh berbeda dengan kenyataannya. Semenjak ponsel membentuk kebiasaan yang kuat, solusi terbaik yang dapat kita ambil adalah dengan mengurangi efek atau pengaruhnya dalam siklus keseharian kita. Berikut ini dua cara terbaik yang sudah saya terapkan, dan bisa mengurangi kecanduan smartphone dalam diri anda:

  • Mengurangi Siklus Kebiasaan

Ponsel memiliki banyak variasi pemicu yang berbeda dan mereka hampir sulit untuk dihindari. Anda mungkin mendengar suara, merasakan getaran atau pemberitahuan lain dari berbagai aplikasi yang berbeda pada tampilan layar ponsel anda. Bahkan meskipun pemberitahuan suara dimatikan, anda masih bisa melihat layar ponsel anda menyala dari jarak beberapa kaki dan secara insting anda berusaha untuk meraihnya. Untuk mengurangi siklus kebiasaan itu, bisa dengan mematikan langsung pemicunya.

Pada ponsel yang saya gunakan, saya menonaktifkan setiap pemberitahuan kecuali untuk pesan teks dan panggilan telepon, yang mana merupakan hal yang paling utama digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Saya bahkan menonaktifkan pemberitahuan email, walaupun tanda kecilnya masih aktif untuk memberitahu saya berapa banyak email yang saya terima. Hidup menjadi lebih baik tanpa pemberitahuan tersebut – ketika pemicu luar disingkirkan. Akan tetapi, masih ada pemicu dari dalam yang membuat saya tetap mengecek ponsel, seperti saat saya sedang dalam keadaan bosan. Untuk itulah solusi no.2 ada.

  • Tempatkan Ponsel Pada Tempatnya

Sejak awal, aset terbesar dari ponsel mobile adalah sesuai dengan namanya sendiri, yaitu mobile. Ponsel yang kita miliki bisa dibawa kemanapun kita pergi. Jika pemicu atau peringatannya adalah alasan utama kecanduan smartphone, mobilitasnya malah menjadi nomor dua. Kembali ke posisi awal menempatkannya pada satu tempat: untuk membuat panggilan telepon, anda harus menanamkan pemikiran pada diri anda satu tempat atau lokasi dimana anda melakukan panggilan telepon.

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi dampak negatif dari ponsel anda adalah dengan menempatkannya pada sebuah tempat. Ketika anda berada di rumah, tempatkanlah ponsel di atas meja atau rak yang bisa dijangkau nanti. Pada tempat kerja, tinggalkan ponsel di dalam tas atau dompet yang bisa diambil kapan saja. Saat anda tidak bisa menempatkan ponsel anda dengan baik, maka segala hal bisa diluar kendali. Pada saat di sofa? Anda mengecek ponsel. Pada saat di toilet? Anda mengecek ponsel? Pada saat di tempat tidur? Anda mengecek ponsel juga. Jika anda bisa menemukan tempat untuk ponsel anda berada, dan selalu meninggalkannya disana, anda bisa meminimalkan dampak buruknya. Menjaga ponsel anda sedikit menjauh dari jangkauan akan membantu anda memisahkan diri anda dari kebiasaan untuk menggunakannya ketika anda sedang bosan.

Jadi sedikit perubahan ini tergantung pada anda. Dan semoga gambaran solusi ini bisa membantu dan memberikan dampak positif bagi anda dan juga lingkungan di sekitar anda.

 

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.