Pentingkah Mengingat Masa-Masa Sebelum Ada Internet
“Bisa dikatakan saat ini kita berada di tengah perubahan budaya masa lalu dan masa kini. Kita bisa melihat perbedaan penguasaan teknologi gadget dalam lintas generasi yang kadang begitu kontras, pertemuan generasi sebelum ada internet dan sesudah ada internet. Meskipun begitu, generasi terdahulu memiliki banyak nilai kehidupan dalam diri mereka. Banyak pengalaman-pengalaman baik yang mereka dapatkan dan mereka rasakan sebelum ada internet dalam hidup mereka. Merasakan langsung dan melakukannya sendiri membuat nilai-nilai kehidupan meresap begitu alami ke dalam jiwa mereka”
– catatan editor –
Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Alexandra Samuel
Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma
Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor
“Mama, sebelum ada iPad apa yang anak-anak lakukan pada masa itu?” begitulah pertanyaan yang pernah diajukan oleh anak-anak saya. Pertanyaan ini cukup mengejutkan karena tidak hanya menjadi indikator bagaimana iPad telah menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dalam kehidupan keluarga, tetapi juga bagaimana begitu pendeknya ingatan pikiran anak-anak di masa sekarang.
“Apa maksudmu sayangku?” saya balik bertanya. “Memangnya apa yang kalian lakukan sebelum menggunakan iPad?”
Dengan sedikit dorongan, anak-anak saya bisa kembali mengingat ingatan mereka 13 bulan sebelumnya. Dimana sedikit paksaan membangkitkan kembali kenangan masa kecil mereka sebelumnya dan membantu alam bawah sadar mereka menembus dinding ingatan yang membatasinya. Saya mendorongnya lebih jauh lagi.
“Sebagai pengingat saja, usia kalian bukan hanya lebih tua dari iPad… kalian berdua bahkan lebih tua dari iPhone.”
Pada keadaan ini, pikiran mereka berjalan baik dan benar-benar terhempas. Anak-anak kami mungkin lahir mendahului kemunculan produk iPhone pada tahun 2007, namun sebuah dunia dimana tanpa keberadaan perangkat hiburan seukuran kantong saat ini seperti berada di luar pemahaman mereka. Bahkan kakak perempuannya tidak mengingat masa-masa ketika dia menghibur dirinya sendiri di sebuah restoran dengan hal-hal sederhana seperti mencoret-coret krayon pada daftar menu yang disediakan.
Keterkaitan urutan waktu mereka pada iPhone adalah versi mini dari proses yang telah saya lewati dalam beberapa tahun. Ok, secara teknis saya memang lebih tua dari CNN, email, internet, teknologi GUI dll. Namun saya masih belum melupakan sebuah dunia ketika teknologi tersebut belum ada, dan dunia sebelum ada internet. Saya melalui banyak peristiwa penting dimana banyak hal-hal mengejutkan terjadi, tentang munculnya berbagai penemuan teknologi baru yang belum pernah dibayangkan sebelumnya.
Munculnya keraguan saya tentang sulitnya mengingat kembali bagaimana rasanya kehidupan di masa sebelumnya, terbersit ketika kehidupan saya sendiri ternyata dihabiskan secara online. Dunia pra-internet (sebelum ada internet) terasa begitu berbeda hingga seperti planet asing atau seperti peradaban kuno.
Karena saya ingin agar anak-anak saya memahami bagaimana rasanya hidup tanpa sebuah ponsel, saya berjuang keras menjaga beberapa elemen-elemen kecil yang belum begitu terpengaruh oleh teknologi. Saya melakukan pengaturan waktu efekti agar bisa lebih lama menelepon beberapa sahabat karib saya yang sedang berada di luar negeri, meskipun sudah ada email dan Twitter yang membuat kita lebih mudah dan tetap saling berhubungan. Saya masih suka membaca novel dari kertas fisik. Saya juga mencoba belajar menjahit dan sedikit demi sedikit belajar memasak agar saya memiliki beberapa kemampuan praktek yang tidak berkaitan dengan keyboard dan koneksi internet.
Beberapa kegiatan yang saya sebutkan diatas adalah kegiatan yang sederhana. Namun selain itu, dengan tetap terikat pada kegiatan-kegiatan ini terasa seperti sesuatu yang baik, sekaligus juga kepuasan tertentu. Dibombardir dengan berbagai berita tentang bagaimana dampak negatif yang dimiliki internet di dalam keluarga, dalam relasi yang kita miliki dan kapasitas kita ketika menghibur diri sendiri, semakin memunculkan rasa tanggung jawab untuk menanamkan manfaat dari aktivitas-aktvitas offline (praktek langsung). Secara khusus, kapasitas untuk membedakan pendapat umum terasa seperti tanda-tanda spritual atau kedalaman emosi. Sebuah cara dimana gairah yang ada dalam Opera atau puisi Yunani digunakan untuk memperlihatkan majunya sebuah budaya. Dan kebiasaan untuk tetap bisa menjaga kegiatan-kegiatan nyata (offline) ini terasa seperti suatu kewajiban yang harus dilakukan, agar warisan-warisan yang baik bisa terus dipertahankan untuk generasi kita saat ini, dan generasi-generasi selanjutnya.
Di usia yang hampir menginjak 40 tahun, saya merasa menjadi bagian dari generasi terakhir yang memiliki banyak kenangan masa-masa sebelum adanya internet. Jika ada teman-teman saya yang berusia 30 tahunan yang masih ingat ketika keluarga mereka pertama kali memiliki komputer, itu karena mereka masih mengingat sensasi bermain permainan “Mario Bros.” Saat ini ketika anak-anak mereka memiliki rasa penasaran (dengan campuran rasa ingin tahu dan aneh) tentang kehidupan di pra-iPhone, pra-Playstation, dunia pra-Google, mereka telah dihibur dengan hiburan modern berupa kisah-cerita dari video game dengan tampilan realistis atau sebuah boneka robot yang bisa memberikan respon.
Ketika saya menceritakan tentang kehidupan sebelum iPad saya mengatakan kepada mereka tentang saat-saat ketika saya bermain petak umpet di taman dekat rumah, bersama dengan banyak anak-anak lainnya. Saya juga mengatakan kepada mereka tentang bagaimana serunya membangun rumah Barbie dari kotak sepatu. Saya mengatakan kepada mereka tentang menyenangkannya membaca buku demi buku.
Dan saya juga dengan jujur bercerita kepada mereka, betapa memang membosankannya saat itu. Saya hanya seorang anak kecil di dunia yang hanya berisi 7 saluran TV dan tanpa internet, dan itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Jika saya seorang pembaca cepat atau penulis yang handal, mungkin saya akan berterima kasih kepada semua waktu yang telah saya habiskan untuk membuat sebuah novel. Namun jika saya adalah seorang yang suka melakukan berbagai hal secara cepat, mungkin saja saya akan menghabiskan waktu dengan sia-sia tanpa melakukan apapun. Saya tidak meromantisir masa kecil ketika video game belum ada, tapi saya mengakui bahwa kenangan saya dari dunia sebelum perkembangan pesat teknologi memiliki banyak pengalaman yang sangat bernilai.
Kita berada dalam tahap awal perubahan besar budaya dari bagaimana teknologi akan berasimilasi ke dalam pekerjaan kita, keluarga kita, ke kehidupan pribadi kita, identitas kita dan bahkan tubuh kita. Saat kita menyelam ke dalam proses perubahan ini, kita perlu memanfaatkan nilai-nilai, praktek dan pola pikir yang sama ketika masa sebelum ada Internet, sehingga kita bisa memberikan yang terbaik dari sesuatu yang lama ke dalam kehidupan kita yang baru. Memilih setidaknya tiga bidang kehidupan yang anda hindari dari bentuk pendigitalan bisa menjadi kontribusi anda bagi sekumpulan pengalaman-pengalaman offline, arsip pribadi anda sendiri dari “Masa Sebelum Adanya Internet.”