Permasalahan Dalam Platform Microsoft, Google dan Apple
“Microsoft, Google dan Apple memiliki sistem operasi yang sukses dan populer. Namun masing-masing sistem operasi tersebut memiliki masalahnya sendiri”
– catatan editor –
Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh : Jawn Dawson
Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh : Edy Kesuma
Dicek dan ditinjau ulang oleh : Reopan editor
Pendiri dan Kepala Analis di Jackdaw, perusahaan yang bergerak di bidang penelitian teknologi dan konsultan, yang berfokus pada pengaruh perangkat pengguna, perangkat lunak, layanan dan konektivitas
Microsoft dan Google tampaknya bergerak ke arah yang berbeda saat berbicara ke platform dan perangkat keras yang mereka kembangkan. Namun dalam beberapa hal mereka berada dalam medan perang yang sama ketika berkaitan dengan masalah platform, yaitu memisahkan antara layanan dan platform mereka sendiri yang semakin dikendalikan oleh pihak lain.
Microsoft: Menjadi pemenang dalam platform pesaing
Microsoft menjalankan sebuah model dimana menyediakan layanan tanpa mengacu pada platform pihak lain yang berbeda jauh dengan sejarah model platform windowsnya sendiri. Saat ini, microsoft merilis sebuah versi OneNote yang bekerja pada jam tangan
pintar Android Wear sebagaimana yang ada di IOS juga. Mungkin contoh yang paling mencolok yang paling baru adalah rilisnya microsoft Office di Ipad beberapa bulan lalu.
Bagaimanapun menggembirakannya perubahan ini, Microsoft di area ini akan saling bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki platformnya sendiri. OneNote akan berhadapan dengan Keep Note layanan aplikasi Google yang berjalan di Android, dan Office pada iPad akan berhadapan dengan iWork aplikasi yang dimiliki Apple sendiri.
Microsoft mungkin belum merasa terancam oleh salah satu dari produk ini, karena versi untuk microsoft sendiri jauh memiliki fitur yang lebih lengkap, tetapi dengan beberapa pertimbangan berikut, ada hal penting yang perlu diperhatikan oleh Microsoft:
Pertama, produk dan jasa inti Microsoft saat ini semakin bersaing dengan produk gratis yang memberikan banyak fungsi yang sama, seperti tabel di bawah ini (kerangka model bisnis dibawah ini mungkin lebih akrab dengan beberapa pembaca):

Singkatnya, Microsoft berusaha menarik biaya dari penggunaan aplikasi Office, Windows atau produk lainnya. Apple dan Google memberikan produk mereka secara gratis (meskipun untuk alasan yang berbeda: Apple sebagai cara untuk menambah nilai pembelian salah satu perangkat, Google untuk menghasilkan data, pendapatan iklan atau saluran untuk menjual produk lainnya). Untuk alasan ini saja, Microsoft menghadapi perjuangan yang berat dalam menjual berbagai produk pihak ketiganya, terutama pada platform yang dikendalikan oleh pesaing utama. OneNote adalah pengecualian, bisa dibilang salah satu produk Microsoft yang paling menarik, dimana tersedia bebas diluar dari paket bundling Office klasik.
Kedua, Apple dan Google pada level lebih bawah mendukung produk dan layanannya melalui integrasi langsung ke dalam sistem operasi. Dengan kata lain, meskipun aplikasi OneNote dapat diinstal pada iOS, namun fungsi dalam OneNote tidak dapat diintegrasikan dalam fungsi inti dari iPhone. Aplikasi reminder apple tetap menjadi aplikasi default di iOS. Demikian juga Google Chrome yang tersedia untuk iOS, tidak pernah dapat ditetapkan sebagai browser default pengguna. Aplikasi Apple dan Google akan selalu datang terinstal pada sistem operasi mereka sementara Microsoft tidak akan pernah. Contohnya untuk aplikasi Office di Windows, legalnya konsumen harus membeli kedua produk tersebut dalam bundling terpisah. Inilah salah satu kelemahan Microsoft kedepannya.
Ketiga, google dan apple telah berhasil meningkatkan jumlah perangkat yang berjalan pada platform yang mereka miliki. Apple memiliki delapan ratus juta perangkat yang berjalan pada platform iOS & OS X. Sedangkan Google dengan satu milyar perangkat yang berjalan pada platform Android dan ada juga pengguna Chrome OS dengan jumlah yg tidak terlalu banyak. Bandingkan dengan sekitar 1,25 miliar PC Windows di dunia dan ditambah sedikit pengguna Windows Phone. Saat ini Google dan Apple bisa dibilang lebih baik dalam peningkatan pengguna dengan produk inti dan layanannya dibandingkan dengan Microsoft. Hampir semua layanan Microsoft dari pihak ketiga menawarkan produk tambahan (add-ons), bukan terintegrasi secara langsung (built-in). Dengan demikian, Google dan Apple lebih mampu menciptakan dan merangsang permintaan untuk produk dan layanan daripada Microsoft, terutama secara lintas antar perangkat pengguna.
Singkatnya, jika Microsoft ingin bersaing lebih efektif pada basis pihak ketiga, layanan yang disediakan bagi platform pesaing harus benar-benar lebih baik dimana nantinya dapat melewati tantangan model bisnis persaingan harga, kekurangan integrasi layanan, dan sedikitnya layanan dasar yang terinstal pada perangkat mobile.
Saat ini, Microsoft sederhananya tidak memiliki produk atau service yang dapat berjalan dengan sukses dan hal inilah yang seharusnya menjadi area yang perlu diinvestasikan. Sementara itu, produk yang sebagain besar cukup sukses, tidak mampu menghasilkan uang dari sebagian besar pengguna, seperti OneNote dan Skype.
Google: Mendapatkan kembali kontrol atas platform-nya sendiri
Masalah Google hampir serupa tapi tak sama. Setidaknya Google memiliki platform dalam bentuk Android. Tapi platform itu semakin kehilangan kendali dalam dua bentuk:
- Pemegang penuh lisensi Android seperti Samsung terlalu banyak mengisi layanan mereka sendiri diatas sistem Android, dimana layanan Google dan inti dari sistem operasi tersebut ditanamkan.
- Versi AOSP (Android Open Source Project) terlalu berat untuk digunakan oleh pihak ketiga seperti perangkat Amazon Fire dan oleh beberapa vendar dari China, dimana mereka membangun sendiri layanan mereka sendiri dan menumpuknya diatas layanan Android.
Google berusaha bersaing pada platform yang dimilikinya sendiri, meskipun telah kehilangan kontrol pada platform pihak ketiga (kebanyakan iOS, sampai saat ini). Hal ini hampir sama dengan kondisi yang dialami Microsoft saat menghadapi tantangan integrasi pada iOS, dimana aplikasi tersebut populer tetapi tidak akan pernah terjalin erat ke dalam pengalaman inti dari Apple. Pada waktu yang sama, Apple perlahan-lahan dalam berbagai cara mulai membuang layanan Google dari produk-produknya. Ini menggambarkan sesuatu yang umum dan jelas – tentang penghapusan Youtube dan Google Maps dari iOS. Dan menggambarkan sesuatu yang sedikit disamarkan – yaitu menggunakan Bing sebagai mesin pencari default bersama-sama dengan Siri dan fitur baru Spotlight.
Pada saat yang sama, banyak layanan inti Google ditiru oleh pemegang lisensi OEM sendiri dan juga operator telekomunikasi, bahkan pada Android. Hal ini tidaklah luar biasa jika menemukan ponsel Android dengan tiga aplikasi video pre-instal yang berbeda, masing-masing dari Google, OEM dan operator. Dan berlaku juga pada banyak fitur lainnya. Meskipun layanan inti Google seperti pencarian, email dan peta sudah tersedia dengan baik, sangatlah sulit bagi Google untuk menyediakan layanan baru pada tingkat yang sama ketika perangkat Android di kostumisasi secara besar-besaran oleh para pemegang OEM ataupun operator telekomunikasi.
Untuk semua alasan tersebut, Google kini mulai menegaskan kembali kontrol atas Android dalam berbagai bentuk cara. Langkah ini adalah topik utama dalam konfrensi I/O developer
(meskipun tidak pernah disebut secara eksplisit). Android One adalah salah satu upaya untuk mendapatkan saham Android kembali dari pasar negara berkembang, sementara Android Wear, Android Auto dan Android TV menawarkan versi yang tidak dikostumisasi dari 3 Domain baru Android. Seolah-olah Google telah menyadari kesalahannya dan mulai merebut kembali kontrol sebanyak mungkin, setahap demi setahap.
Apple: Terus menjadi berbeda
Meskipun Google dan Microsoft berbagi beberapa tantangan yang sama, Apple terus terlihat menonjol dalam hal ini. Apple mengontrol platformnya sendiri dari level atas sampai level bawah, dan tidak berusaha untuk bersaing dalam platform pihak lain. Satu-satunya perangkat lunak yang disediakan bagi platform lain (Saat ini tentu saja pada dasarnya adalah iTunes) dimaksudkan untuk memberi nilai tambah pada perangkatnya sendiri, bukan untuk bersaing dengan fitur layanannya aslinya. Saat Google dan Microsoft berusaha saling berkompetisi pada platform yang tidak mereka kontrol sendiri demi mengejar pasar global yang masif, Apple terus berfokus pada pasar unik dengan model yang sangat berbeda.