Bagaimana Membuat Algoritma Yang Bisa Menilai Apakah Sebuah Foto Bagus Atau Tidak

“Estetika dari sebuah foto tidak memiliki nilai yang pasti. Penilaian sebuah foto seringkali berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Namun EyeEm beserta timnya percaya, cerita dan komposisi foto memiliki kaitan yang erat dengan emosi seseorang yang melihat foto tersebut”

 – catatan editor –

Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Appu Shaji

Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma

Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor


Kepala Divisi R&D EyeEm yaitu Appu Shaji menjelaskan bagaimana timnya berusaha mengembangkan sebuah teknologi deep learning yang mampu memahami aspek estetika dan menerapkannya pada foto-foto anda. Ini adalah teknologi inti dibalik aplikasi baru iOS yang bernama “The Roll.”

“Bagi saya, fotografi adalah pengakuan simultan, pada waktu sepersekian detik, dan dalam momen yang signifikan.”

–  Henri Cartier Bresson  –

Ketika saya masih kecil, saya dengan tidak sabar menunggu kedatangan setiap terbitan majalah National Geographic. Majalah ini memiliki banyak cerita luar biasa yang berasal dari berbagai belahan dunia. Namun hal yang membuat saya terkesima adalah hasil foto-fotonya yang begitu mempesona. Warnanya, bayangannya dan komposisinya membangkitkan keingintahuan saya, keindahan dari gabungan pengaturan visual dan penyampaian cerita yang ada di dalamnya.

Kekaguman masa kecil saya pada fotografi memancing sebuah keingintahuan untuk memahami tingkah laku, nuansa dan semantiknya. Dan akhirnya, keingintahuan ini mengarahkan saya untuk mempelajari komputer visual, dimana yang menggerakkan saya untuk mengembangkan sebuah sistem untuk memahami gambar dari perspektif komputasi dan keilmuwan.

Menuru opini saya terdapat dua komposisi yang menentukan keberhasilan dari sebuah fotografi, yaitu:

  1. Cerita dibalik fotografi, dan
  2. Cara bagaimana cerita itu disampaikan.

Untuk bagian pertama, teknologi automatic image tagging (seperti EyeEm Vision, Google Cloud Vision atau Clarifai) dengan cepat menjadi semakin bermanfaat. Mereka membantu membawakan cerita dibalik fotografi dengan mengindeks dan merangkainya sehingga mudah untuk ditemukan.

Untuk bagian kedua, bidang estetika visual menunjukkan bagaimana cara setiap cerita disampaikan. Khususnya, bagaimana gaya visual dan komposisi dari sebuah gambar membuat sebuah hubungan emosional dengan yang melihatnya. Dengan kata lain, adalah dengan mencoba memahami apa yang membuat sebuah gambar benar-benar menarik perhatian dan memiliki sebuah efek jika dibandingkan dengan gambar yang lain, dan kemudian menerapkan kriteria tersebut dalam setiap foto yang ada.

Foto Yang Bagus vs. Foto Yang Jelek

“Tidak ada seperangkat aturan untuk fotografi yang bagus, hanya ada fotografi yang bagus.”

– Ansel Adams –

Dengan fotografi sebagai media artistik, sangatlah sulit dan mendekati tidak mungkin untuk mengurai aspek estetika menjadi seperangkat set aturan-aturan tertentu. Perbendaharaan kita untuk menentukan apa yang membuat sebuah foto bagus sangatlah terbatas dan kebanyakan akan muncul dari pendapat pribadi tentang bagaimana menentukan sebuah foto sebagai yang berkategori “bagus” atau yang “kurang bagus.”

Untuk memulai penelitian, kami melihat beberapa foto dan apa yang membuat munculnya pemisahan antara mana foto yang bagus dan mana foto yang kurang bagus, dan apa dua aspek bagus yang terkandung dalam foto yang diperbandingkan itu secara umum.

komposisi aplikasi kurator foto
Perbedaan Estetika Visual dan Komposisi

Sebagai contoh, foto sebelah kiri dan tengah diambil oleh fotografer dari EyeEm, Jonas Hafner dan David Uzochukwu. Foto sebelah kanan diambil oleh saya sendiri. Meskipun masing-masing gambar memiliki konten dasar yang sama yaitu wajah manusia, perbedaan dalam estetika visual dan komposisi antara dua foto sebelah kiri dengan foto yang sebelah kanan terlihat tampak jelas.

Bisa diperhatikan juga pada contoh foto bentuk arsitektur bangunan dibawah ini:

arsitektur aplikasi kurator foto
Perbandingan estetika foto arsitektur bangunan

Dari kiri ke kanan, diambil oleh Nicanor Garcia, Cocu Liu dan saya.

Karena masih sulit bagi komputer untuk menjawab sebuah pertanyaan yang bersifat filosofis (meskipun akan menjadi hal yang menarik mendengar apa yang akan mereka katakan), kami mencoba mentransfer detail dari proses jiwa manusia ke dalam komputer, dan meminta komputer untuk membuatnya kembali.

Saya telah menjelaskan proses dan formula matematika dibalik hal ini dalam artikel berikut ini, namun dibalik tirai selubungnya anda bisa mendeskripsikannya sebagai berikut:

Bayangkan sebuah skenario, dimana seorang professor di bidang seni mengajar di sebuah kelas dan ingin menjelaskan bagaimana cara memahami apa yang membuat sebuah foto itu menarik. Salah satu metode yang bisa dia gunakan adalah dengan memperlihatkan beberapa contoh bagaimana dia meng-kurasi satu kumpulan fotografi. Dia mengelompokan foto-foto yang bagus dan memisahkan foto-foto lain yang tidak bagus. Setelah melakukan proses ini berkali-kali, dia lalu meminta muridnya untuk mengulangi apa yang telah dia lakukan. Satu-satunya masukan yang dia berikan, adalah jika para muridnya memberikan jawaban yang benar ketika menentukan pilihannya.

Jika para murid berhasil, dia akan melanjutkan latihannya. Sebaliknya jika tidak, setiap murid harus berpikir ulang mengenai kesalahannya, mempelajarinya dan melanjutkan pemeriksaan pada foto-foto berikutnya. Ini adalah proses dasar pembelajaran pada sistem mesin yang akan kami lalui.

Keuntungannya adalah bahwa kami bisa melakukannya pada skala besar dan belajar dari data yang jumlahnya tidak terbatas.

Mengembangkan Kriteria Estetika Kami Sendiri

“Mereka yang tahu caranya, bekerja. Mereka yang memahaminya, mengajari.”

 –  Aristoteles  –

Untuk membuat komputer memahami unsur estetika dalam fotografi, kami melatihnya dengan sekumpulan data. Proses pemahaman dan penghargaan unsur estetika membutuhkan kemampuan selevel ahli di bidangnya. Untuk alasan ini, para peneliti dan kurator foto kami saling berkolaborasi untuk mengembangkan sistem pelatihan data kami sendiri. Ketika mengumpulkan contoh-contoh foto yang bagus untuk kelengkapan pelatihan kami, kami menyetelnya pada standard yang sangat tinggi. Para kurator foto hanya memilih gambar yang memiliki penyampaian cerita yang kuat dengan komposisi yang baik, dan dimana benar-benar diambil oleh orang yang memang ahlinya.

Cerita foto aplikasi kurator foto
Komposisi Foto Yang Kurang Namun Dengan Cerita Yang Kuat. Diambil oleh C. Kerem Nasipoglu

Foto diatas adalah salah satu pemenang dalam perlombaan yang diadakan oleh EyeEm baru-baru ini. Sebuah foto yang tidak mengikuti aturan-aturan dalam fotografi, sebagai contohnya, warna yang tersaturasi dan gambar memiliki komposisi yang tidak biasa. Dalam istilah teknis, gambar ini mungkin tidak dipandang sebagai hasil fotografi yang baik. Namun demikian, memiliki cerita yang kuat dan seharusnya tidak dikesampingkan begitu saja.

Dalam media artistik seperti fotografi, para fotografer secara terus-menerus melakukan eksplorasi dan berinovasi. Gambar-gambar yang menyimpang dari aturan-aturan yang sudah ada seringkali membangkitkan aspek estetika yang kuat. Untuk alasan ini, kami dengan sengaja mencegah para kurator foto untuk mendekonstruksi aspek-aspek teknis dan mendorong mereka menggunakan perasaan visual dan penilaian asli mereka. Kami mengembangkan kriteria estetika kami sendiri untuk melatih kumpulan data pelatihan kami.

Tujuan dibalik pendekatan ini adalah untuk membangkitkan pendapat yang biasanya diperoleh dari orang-orang yang ahli di bidang ini dalam skala yang lebih besar, dengan menggunakan data yang mudah didapat untuk tugas memberikan penilaian estetika visual yang mana membutuhkan banyak sekali kecerdasan dan penilaian emosi dari seorang ahli.

Penerapan Teknologi Aplikasi Kurator Foto

Kami memutuskan menerapkan teknologi ini pada skala yang lebih besar. Jadi kami membangun sebuah aplikasi yang disebut The Roll. Tujuan kami membuat ini adalah untuk mengembangkan sebuah aplikasi yang mudah digunakan dimana membantu orang-orang secara otomatis mengorganisir, memberikan label dan menilai foto-foto yang ada di dalam ponsel mereka.

Dengan ini, anda akan menemukan foto-foto yang benar-benar menarik perhatian sesuai dengan algoritma kami. Harapan kami adalah untuk memfasilitasi percakapan antara seni, rasa kemanusiaan dan teknologi.

Tentu saja, teknologi tidak dapat menggantikan selera pribadi dan penilaian seseorang. Namun kami secara tulus percaya bahwa kami memasuki sebuah tahapan yang menarik dimana teknologi memiliki kemampuan kurasi, menyediakan cerita yang manusiawi yang bisa ditemukan didalam kumpulan data-data fotografi – dimulai dari kamera yang anda miliki.

Aplikasi kurator foto ini tersedia secara gratis di iOS App Store. Kami merasa senang jika anda mau mencobanya dan mendengar pendapat anda setelah menggunakannya.

 

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.