Pemilik Website Berhak Untuk Menganonimkan Data Pribadinya

“Anonimitas membuat para pemilik website merasa aman saat beraktifitas di dunia maya. Meskipun tidak sedang melakukan hal buruk, kita tidak tahu siapa-siapa saja yang sedang mengawasi kita. Di dunia maya hal yang buruk dan hal yang baik berjalan berdampingan. Adalah sebuah hal yang wajar setiap orang menjaga datanya agar tetap privasi, mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan”

– catatan editor –

Artikel asli dalam Bahasa Inggris oleh: Yael Grauer

Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Edy Kesuma

Dicek dan ditinjau ulang oleh: Reopan editor


Setiap orang yang pernah membeli sebuah domain situs Web pasti sudah mengetahui prosedurnya: Anda perlu memiliki data surat-menyurat seperti alamat email dan nomor telepon selama proses tersebut. Data-data informasi tersebut tersedia secara publik di layanan Whois, database publik yang menyimpan semua data informasi dari para pendaftar. Tetapi tidak semua orang bersedia nomor telepon dan alamat rumahnya terekspose ke seluruh dunia dalam sebuah query, dan itulah mengapa banyak orang memilih untuk membayar biaya tahunan yang tidak terlalu besar, sekitar $10, untuk menjaga data informasi mereka tetap aman dari para pengintai.

Namun saat ini, Lembaga ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Number), mempertimbangkan sebuah proposal yang akan menghilangkan keanoniman pemilik website komersil dengan membuatnya tidak bisa dibaca dalam layanan registrasi proxy. Jika disetujui, ini artinya setiap pemilik usaha kecil dari website — bahkan mungkin bagi blogger yang memiliki iklan atau yang menerima donasi — akan dilarang melindungi data kontak informasi mereka.

Kebanyakan pemiliki website, khusunya mereka yang mendapatkan opini politik yang tidak populer, mungkin ingin agar websitenya tetap dianonimkan. David Kaye, reporter khusus PBB bagian kebebasan berekspresi dan berpendapat, baru-baru ini membahas perlindungan legal internasional keanoniman dan enkripsi dalam dewan HAM PBB di Genewa. Laporan yang dia presentasikan tidak menyebutkan layanan Whois, namun secara jelas menunjuk kepada hubungan antara privasi dan kebebasan berekspresi dan mencatat anonimitas digital tersebut, bersama dengan enkripsi yang diperlukan untuk melindungi fundamental hak pemilik situs web di seluruh dunia.

ilustrasi data anonim web
Ilustrasi Data Anonim

Para pemilik website lainnya, secara khusus yang merupakan anggota dari kelompok yang terpinggirkan, mungkin memilih melindungi data alamat rumah mereka untuk alasan keamanan. Hampir tiga perempat pengguna dewasa internet pernah menyaksikan pelecehan secara online, dan 40 persennya pernah mengalaminya secara personal, sesuai dengan survei tahun 2014 dari Pew Research Center. Tingkat kekejaman dari pelecehan ini bervariasi, dimana pemukulan menjadi yang paling ekstrim. Namun demikian orang-orang yang tidak ditargetkan secara personal sepenuhnya memilih menjaga beberapa informasinya secara rahasia sebagai tindakan pencegahan, menentang penyebaran data kontak informasi mereka kepada siapapun yang tahu cara menggunakan alat-alat Whois look-up. (Contoh baru-baru ini, dua pengguna Twitter menemukan website Dylann Roof pelaku penembakan di gereja Charleston setelah melalukan pencarian WHOIS terbalik menggunakan namanya.)

Beberapa pemilik website memilih menggunakan domain privat untuk alasan yang lain. Menampilkan satu informasi personal dapat menuntun terjadinya pencurian identitas, dan memiliki sebuah email personal yang terposting di direktori Whois dapat menuntun terjadinya serbuan spam yang masif.

Jadi apa yang menjadi keuntungannya? Seperti yang ditunjukkan oleh Electronic Frontier Foundation, pendukung dari proposal ini termasuk Koalisi Akuntabilitas Online, sebuah group delapan perusahaan hiburan Amerika (termasuk Motion Picture Association of America, Walt Disney Company dan Time Warner). Tentu saja, ketiadaan anonimitas akan menghemat pengeluaran dalam memburu aksi legal terkait pelanggaran merek dagang dan hak cipta , seperti pembajakan konten. Patut dicatat, walaupun demikian, bahwa data Whois telah tersedia dalam sebuah panggilan atau perintah pengadilan — jadi sudah ada sebuah mekanisme bagi setiap fima hukum industri hiburan (atau bagi orang lain) untuk menemukan pemilik website agar diproses dalam pengadilan – dan mereka sudah melakukannya.

Keuntungan yang lain? Mungkin orang-orang yang ingin membeli domain web yang tidak aktif dapat menghubungi pemiliknya dengan lebih mudah. Namun masalah seperti perbandingan yang mana membuat setiap orang menempatkan dirinya dalam bahaya dengan membuat informasi mereka terpublikasi dengan bebas.

Pendukung dari perubahan ini menghapuskan resiko ini dengan mengatakan orang-orang yang tidak ingin menyebarkan informasi rumah mereka dapat saja menggunakan alamat kantor atau bahkan alamat teman mereka. Namun orang-orang yang tidak merasa nyaman membagikan alamat rumah mereka mungkin juga tidak merasa nyaman memberikan alamat rumah teman mereka. Dan orang-orang yang mempublikasikan konten-konten yang merepresentasikan mereka dan bukan karyawan mungkin tidak mau membagikan alamat kantor kepada siapapun yang tidak menyukai sudut pandang politik mereka.

Pilihan yang lain yang diberikan adalah dengan menggunakan kotak pos, namun meskipun hal ini hanya akan mempublikasikan satu kota dan kabupatennya, beberapa pemilik website bahkan enggan mengungkapkannya, khususnya jika mereka tinggal di daerah pinggiran kota atau kota kecil. Apalagi menggunakan kotak pos adalah hal yang merepotkan dan menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu.

ICANN telah menerima ribuan tanggapan tentang proposal ini, dan anda dapat ikut memberikan pendapat anda sampai 7 Juli melalui alamat email ini. Pada akhirnya, keaktifan masyarakat meningkatkan kesuksesan untuk mempertahankan privasi dari pemilik website akan menjadi ending atau akhir seperti dalam kisah-kisah Hollywood.

 

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.